Ekspor RI ke Myanmar Bakal Terpengaruh Efek Kudeta
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan realisasi ekspor Indonesia ke Myanmar akan terpengaruh dampak kudeta Aung San Suu Kyi oleh otoritas militer negara tersebut. Sebab, kudeta berpotensi mengganggu mobilitas dagang.
Apalagi, kudeta di Myanmar sudah meluas ke aksi protes dari masyarakat. Selain itu juga mendapat peringatan dari berbagai negara di dunia.
"Saya tidak bisa menduga, tapi kemungkinan besar iya (terpengaruh). Akan berpengaruh ke ekspor kita ke Myanmar pada bulan-bulan berikutnya," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers bulanan secara virtual, Senin (15/2).
Padahal, menurut catatan BPS, nilai perdagangan Indonesia ke Myanmar tengah meningkat sekitar US$38,2 juta pada Januari 2021. Namun, tidak diketahui jumlah pasti nilai neraca perdagangan antar kedua negara.
Pada Januari-Desember 2020, nilai perdagangan Indonesia-Myanmar mencatatkan surplus US$844,7 juta. Nilainya meningkat 21,9 persen dari US$692,94 juta pada 2019.
Nilai perdagangan itu berasal dari ekspor mencapai US$1,03 miliar, sementara impor US$187,24 juta. Kendati begitu, Suhariyanto memastikan dampaknya mungkin tidak besar karena nilai perdagangan antara Indonesia dan Myanmar tidak sebesar negara-negara mitra dagang utama. Misalnya, China, Amerika Serikat, dan Jepang.
"Tapi untuk jadi catatan bahwa sebetulnya kontribusi ekspor kita ke Myanmar tidak terlalu besar kalau dibandingkan dengan negara lainnya," jelasnya.