China Catat Lonjakan Penjualan Ritel Usai Lawan Pandemi

CNN Indonesia
Senin, 15 Mar 2021 10:49 WIB
Produksi industri dan penjualan ritel China masing-masing melonjak 35,1 persen dan 33,8 persen dalam dua bulan pertama tahun ini.
Produksi industri dan penjualan ritel China masing-masing melonjak 35,1 persen dan 33,8 persen dalam dua bulan pertama tahun ini. Ilustrasi. (NOEL CELIS / AFP).
Jakarta, CNN Indonesia --

Produksi industri dan penjualan ritel China melonjak dalam dua bulan pertama tahun ini. Dilansir dari AFP, data resmi menunjukkan China berhasil bangkit dari pandemi virus corona yang memaksa aktivitas dihentikan untuk sementara.

Produksi industri melonjak hingga 35,1 persen dalam dua bulan pertama tahun ini. Angka ini melampaui ekspektasi dan menjadi kenaikan terbesar dalam beberapa dekade.

Sementara itu, penjualan ritel juga lebih baik dari yang diharapkan yakni tumbuh 33,8 persen. Kedua indikator ini anjlok pada bulan-bulan awal 2020 setelah covid-19 muncul dan merusak ekonomi dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Virus ini muncul di China tengah dan menyebar dengan cepat ke seluruh negeri. Namun, ekonomi terbesar kedua di dunia itu juga menjadi negara yang pertama bangkit kembali setelah memberlakukan penguncian yang ketat dan langkah-langkah pengendalian virus.

China mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen. Sementara itu, Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat tingkat pengangguran naik menjadi 5,5 persen pada Februari, naik dari 5,2 persen pada Desember.

Para ahli telah memperingatkan bahwa tingkat pengangguran riil mungkin lebih tinggi karena tingginya jumlah pekerja dalam pekerjaan tidak resmi. Data untuk Januari dan Februari dirilis bersamaan untuk menghilangkan pengaruh ketidakpastian yang ditimbulkan oleh liburan Tahun Baru Imlek di China, yang biasanya terjadi dalam periode ini.

Namun, produksi dalam dua bulan pertama tahun ini juga 16,9 persen lebih tinggi dari periode yang sama pada 2019, sebelum wabah virus corona.

NBS mengatakan bahwa lonjakan data terbaru karena distorsi dari basis rendah pada periode yang sama tahun lalu.

"Setelah menghilangkan efek dasar, pertumbuhan indikator utama stabil dan indikator makro berada dalam kisaran yang wajar," kata NBS.

[Gambas:Video CNN]



(age/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER