Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan penyebab pemerintah membuka keran impor garam sebesar 3 juta ton pada tahun ini.
Ia menegaskan impor tersebut bukan untuk konsumsi rumah tangga, melainkan bahan baku industri yang saat ini belum bisa diproduksi di dalam negeri.
"Garam kita dikerjakan oleh PT Garam dan oleh petani. Garam rakyat ini belum bisa menyamai kualitas untuk garam industri tersebut," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Pemerintah Putuskan Impor Garam 3 Juta Ton |
Menurut Lutfi jaminan kualitas garam industri sangat penting untuk dipenuhi karena hal tersebut dapat mempengaruhi output produksi. Ia mencontohkan industri aneka pangan punya standar (SNI) sendiri untuk produknya.
"Kalau Anda tau mi instan itu kan harganya kira-kira Rp2.500, nah itu di dalam itu harga garamnya, ongkos untuk garamnya itu Rp2. Tetapi kalau garamnya tidak sesuai spek untuk industri garam, yang Rp2 itu bisa menghancurkan mi instan yang Rp2.500," jelasnya.
Karena itu lah, menurut Lutfi, yang harus pemerintah lakukan untuk bisa swasembada bukan hanya meningkatkan jumlahnya, melainkan juga kualitasnya.
"Ini yang sebenarnya mestinya industri nasional itu bisa melihat opportunity atau kesempatan untuk memperbaiki daripada struktur daripada industri garam nasional," tutur Lutfi.
Namun, ia enggan menerangkan lebih lanjut bagaimana produksi garam industri dalam negeri saat ini. Pasalnya, hal tersebut berada dalam lingkup Kementerian Perindustrian.
"Tetapi balik ya, ini kan urusan saya di perdagangan kan, bukan di perindustrian, jadi kalau boleh, karena ini urusannya industri tanya ke Pak Agus Gumiwang," pungkasnya.