Kilang Pertamina yang Pernah Terbakar Sebelum Balongan

CNN Indonesia
Senin, 29 Mar 2021 09:42 WIB
Sejumlah kilang minyak Pertamina pernah terbakar sebelum api melalap Kilang Minyak Balongan. Ilustrasi. (ANTARA/Ho Suci).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) kembali terbakar pada Senin (29/3) dini hari. Kali ini, merupakan Refinery Unit VI Balongan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat atau dikenal juga dengan sebutan Kilang Balongan.

Faktanya, Kilang Balongan yang beroperasi sejak 1994 itu bukan pertama kali terbakar pada hari ini. Pada 2007, kilang yang menghasilkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) untuk DKI Jakarta dan sekitarnya itu pernah terbakar.

Pada insiden sekitar 14 tahun lalu itu, kobaran api melahap fasilitas pembuangan limbah di kilang. Namun, fasilitas produksi aman dari 'si jago merah'.

Sekitar 12 tahun berselang, Kilang Balongan terbakar lagi. Kali itu, kebakaran terjadi di fasilitas pasokan gas ke pengolahan minyak milik anak usaha, PT Pertamina EP Aset 3.

Lepas dua tahun, Kilang Balongan kembali terbakar lagi pada hari ini. Padahal, perseroan tengah mengejar peningkatan kapasitas kilang dari 125 MBSD menjadi 150 MSBD.

Kendati begitu, belum ada informasi lebih lanjut mengenai fasilitas yang terbakar. Namun sejauh ini, warga di sekitar kilang langsung mengungsi ke pendopo Kabupaten Indramayu.

Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Ifki Sukarya memastikan pasokan BBM ke masyarakat tetap berjalan normal usai insiden kebakaran.

"Dengan insiden ini (kebakaran Kilang Balongan), Pertamina memastikan bahwa pasokan BBM ke masyarakat tidak terganggu dan saat ini masih berjalan normal," kata Ifki dalam keterangan resmi, Senin (29/3).

Selain Kilang Balongan, kilang-kilang lain milik Pertamina juga pernah terbakar. Pertama, Kilang Balikpapan.

Kebakaran pernah terjadi pada 2010 dan 2019. Pada 2010, kebakaran terjadi akibat kebocoran pipa reboiler debutanizer yang dialiri gas bertekanan tinggi. Kebakaran terjadi di pipa produksi.

Lalu pada 2019, Kilang Balikpapan dua kali terbakar, yakni pada April dan Agustus. Kebakaran yang terjadi pada April 2019 bermula dari kebocoran akibat patahnya pipa penyalur minyak mentah dari Terminal Lawe-lawe ke Penajam Pasir Utara untuk selanjutnya diteruskan ke Kilang Balikpapan.

Sementara pada Agustus 2019, kejadian bermula dari percikan api di pengerjaan perbaikan pipa. Kebakaran terjadi saat perseroan tengah meningkatkan kapasitas kilang.

Targetnya kala itu, produksi dan kualitas produk dari kilang bisa meningkat dari standar Euro II menjadi Euro IV.

Kedua, Kilang Cilacap pada 2011 dan 2016. Pada 2011, kebakaran terjadi di tangki minyak ringan (High Octane Mogas Component/HOMC).

Akibat kebakaran, Pertamina merugi hingga US$30 juta kala itu. Kebakaran diduga terjadi karena kesalahan teknis.

Buntutnya, Pertamina mencopot empat manajer perseroan, lalu memutasinya. Sementara pada 2016, kebakaran diduga terjadi karena panas berlebih di tangki aspal.

Hal ini kemudian memunculkan percikan api dan kebakaran. Namun, tidak ada gangguan produksi setelahnya karena api bisa dipadamkan dam waktu cepat.

Ketiga, Kilang Putri Tujuh Dumai juga pernah meledak dan memunculkan kebakaran pada 2014. Kebakaran terjadi karena kenaikan temperatur di Hydrocracking Unit (HCU) 211 yang kemudian memunculkan percikan api.

Api dapat dipadamkan setelah sejam berselang. Namun tidak ada gangguan pasokan karena kebakaran tersebut.

(uli/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK