Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir mendorong para pelaku industri teknologi finansial (fintech) atau pinjol untuk menjajaki peluang memperoleh dana melalui pasar modal.
"Saya berharap agar para penyelenggara fintech terdorong untuk menjajaki strategi penguatan permodalan perusahaan melalui pasar modal," ujar Pandu, dikutip dari Antara, Kamis (1/4).
Menurut Pandu, secara umum perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia, termasuk fintech, sudah cukup matang untuk bisa go public. Namun, ia menyadari bahwa pemahaman investor publik di Indonesia mengenai perusahaan teknologi masih perlu ditingkatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dengan cara menilai perusahaan, misalnya, publik cenderung melihat berapa price to earning (PE), padahal terdapat cara-cara lain dalam melakukan penilaian. Sedangkan untuk regulasinya, saat ini BEI terus berdiskusi dengan OJK mengenai beberapa hal.
"Tapi satu hal yang ingin saya ingatkan, fintech di Indonesia akan terus bertumbuh lebih banyak lagi, sehingga akan berperan sangat besar terutama dari sisi inklusi keuangan dan ini bisa menjadi masa depan Indonesia," kata Pandu.
Pandu menekankan peningkatan edukasi, literasi, dan kolaborasi di antara para pemangku kepentingan, merupakan salah satu kunci dalam memajukan ekosistem fintech di Indonesia.
Survei Anggota Tahunan Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) 2019/2020 menunjukkan bahwa sekitar 28 persen perusahaan fintech mendapatkan permodalannya dari ekuitas swasta, 23 persen dari dana sendiri, 19 persen dari angel investor, dan 13 persen dari modal ventura.
Pemanfaatan bursa, khususnya melalui Initial Public Offering (IPO) sebagai salah satu opsi untuk mendukung permodalan penyelenggara fintech yang umum dilakukan di luar negeri, saat ini di Indonesia belum banyak digunakan.