Kemendag Bakal Rombak Harga Acuan Komoditas
Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan merombak harga acuan komoditas sebab penetapan harga eceran tertinggi (HET) tidak menyelesaikan permasalahan stabilitas harga komoditas di dalam negeri.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra menyebut saat ini pihaknya sedang meninjau ulang seluruh harga acuan yang ditetapkan. Dia mengambil contoh saat harga kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) melonjak drastis, sulit untuk memaksakan penjualan minyak goreng di HET.
Sehingga, dia menyebut nantinya harga acuan akan dibuat lebih fleksibel.
"HET tidak menyelesaikan masalah. Kami sedang review (tinjau) semua harga acuan. Ke depan, kami akan buat harga acuan fleksibel karena kita tidak bisa paksakan ketika biaya produksi naik kemudian harga tetap dipatok," jelasnya pada webinar bertajuk Harga Jagung Melambung, Selasa (20/4).
Dalam kesempatan sama, ia juga menyoroti efisiensi industri pakan ternak dalam negeri. Ia mengaku sudah lama diingatkan oleh tim perundingan perdagangan internasional Kemendag untuk menjaga daya saing.
Saat ini, ia menyebut harga pakan ternak seperti jagung tidak berdaya saing, ujung-ujungnya harga daging ayam lokal lebih mahal dibandingkan harga impor. Menurutnya, jalan termudah dilakukan importasi pakan ternak agar harga produksi dapat ditekan.
Pasalnya, harga pekan erat hubungannya dengan harga jual daging ternak. Namun, ia mengatakan importasi harus mempertimbangkan dampaknya terhadap industri pakan di dalam negeri.
"Kalau gak bisa efisien dan bahan baku tidak begitu bisa mencukupi, ekstremnya ya itu (impor), dan saya dianggap nyeleneh sama GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak), ya impor saja pakan kalau produksi sendiri lebih mahal. Tapi dampaknya yang mesti dianalisis," pungkasnya.