Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS Tekan Rupiah ke Rp14.500
Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.500 per dolar AS pada Rabu (28/4) sore. Posisi ini melemah 15 poin atau 0,1 persen dari Rp14.485 per dolar AS pada Selasa (27/4).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.510 per dolar AS atau melemah dari Rp14.497 per dolar AS pada Selasa kemarin.
Rupiah melemah bersama hampir semua mata uang Asia. Hanya rupee India yang menguat 0,44 persen dari dolar AS.
Won Korea Selatan melemah 0,24 persen, yen Jepang minus 0,17 persen, peso Filipina minus 0,17 persen, ringgit Malaysia minus 0,1 persen, baht Thailand minus 0,04 persen, dolar Singapura minus 0,02 persen, yuan China minus 0,02 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju. Hanya rubel Rusia yang berada di zona hijau dengan menguat 0,26 persen.
Sisanya, dolar Australia melemah 0,27 persen, franc Swiss minus 0,25 persen, poundsterling Inggris minus 0,18 persen, euro Eropa minus 0,13 persen, dan dolar Kanada minus 0,06 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah melemah karena tertekan kenaikan tingkat imbal hasil surat utang AS, US Treasury. Hal ini sejalan dengan pelemahan yang juga menimpa sejumlah mata uang di kawasan Asia dan negara maju.
Lalu laporan kenaikan tingkat keyakinan konsumen terhadap pemulihan ekonomi negeri Paman Sam juga turut menguatkan dolar AS dan menekan rupiah.
"Membaiknya survei tingkat keyakinan konsumen AS pada April juga membantu penguatan dolar AS," ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Selain itu, pasar juga masih menanti pengumuman hasil rapat dewan gubernur bank sentral AS, The Federal Reserve.