Penjualan Unilever Global Tembus Rp215,25 Triliun

CNN Indonesia
Jumat, 30 Apr 2021 14:41 WIB
Kinerja penjualan produk Unilever Group naik 5,7 persen secara tahunan menjadi 12,3 miliar euro Eropa pada kuartal I 2021.
Kinerja penjualan produk Unilever Group naik 5,7 persen secara tahunan menjadi 12,3 miliar euro Eropa pada kuartal I 2021.(AFP PHOTO / JOHN THYS).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kinerja penjualan produk Unilever Group naik 5,7 persen secara tahunan menjadi 12,3 miliar euro Eropa atau setara Rp215,25 triliun (kurs Rp17.500 per euro) pada kuartal I 2021. Realisasinya lebih tinggi sekitar 2 persen dari konsensus sejumlah analis internasional.

"Unilever telah mengawali tahun dengan baik. Kami yakin bahwa kami akan menghasilkan pertumbuhan penjualan yang mendasar pada 2021," ujar CEO Unilever Alan Jope seperti dilansir dari CNN Business, Jumat (30/4).

Penjualan riteler multinasional yang berkantor pusat di London, Inggris itu ditopang oleh realisasi penjualan di China dan India yang mulai pulih usai penguncian ketat (lockdown) pada tahun sebelumnya. Begitu juga dengan realisasi penjualan di Amerika Utara dan Inggris yang terbilang positif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di Eropa, penjualan justru terkontraksi karena lockdown sempat berkepanjangan. Kebijakan itu khususnya menurunkan permintaan produk perawatan pribadi, meski realisasi penjualan es krim milik perusahaan justru meningkat.

Kenaikan realisasi penjualan membuat perusahaan bisa menyisihkan keuntungan sekitar 3 miliar euro Eropa setara Rp52,5 triliun sebagai dividen bagi pemegang saham.

Kabar positif ini membuat harga saham Unilever di London naik 3,1 persen. Harga saham meningkat menjadi 42,06 euro Eropa setara Rp745.500 per saham.

Kendati begitu, kinerja ciamik Unilever global rupanya tak dirasakan oleh PT Unilever Indonesia Tbk. Realisasi penjualan perusahaan di dalam negeri justru turun 7,58 persen secara tahunan pada kuartal I 2021.

Begitu juga dengan penjualan dalam bentuk ekspor, turun 12,19 persen. Akibatnya, pendapatan perusahaan melorot 7,8 persen dari Rp11,15 triliun menjadi Rp10,28 triliun.

Hal ini membuat laba bersih ikut tergerus sekitar 8,83 persen dari Rp1,86 triliun menjadi Rp1,69 triliun. Namun, aset perusahaan tetap naik 5,4 persen dari Rp20,53 triliun menjadi Rp21,64 triliun.

"Pasca liburan Tahun Baru 2021, kenaikan kasus covid-19 berdampak pada pemberlakuan kembali pembatasan pergerakan, menyebabkan pertumbuhan pasar industri konsumen masih terus mengalami perlambatan," ungkap Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti dalam keterangan resmi.

Sementara liabilitas atau utang turun 3,27 persen dari Rp15,59 triliun menjadi Rp15,08 triliun. Kinerja perusahaan ini membuat harga saham turun 1,65 persen ke Rp5.950 per saham pada hari ini hingga penutupan perdagangan sesi pertama.

Ke depan, Ira mengatakan perusahaan akan menerapkan strategi yang fokus pada penyesuaian tingkat daya beli masyarakat. Salah satunya dengan membuat kemasan ekonomis produk agar cocok dengan daya beli masyarakat.

"Misalnya, (mengeluarkan) Lifebouy sabun cair kemasan Rp5.000 dan Bango kemasan Rp3.000," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER