Mengintip Kontribusi Pinjol pada Ekonomi RI

CNN Indonesia
Kamis, 20 Mei 2021 15:56 WIB
Fintech peer to peer lending atau pinjol mampu menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan (unbankable).
Fintech peer to peer lending atau pinjol mampu menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan (unbankable). Ilustrasi. (Istockphoto/Warchi).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kehadiran fintech peer to peer lending atau pinjaman online (pinjol) memberikan kontribusi pada perekonomian Indonesia. Sebab, mereka mampu menjangkau masyarakat belum tersentuh layanan perbankan (unbankable) yang tahun lalu jumlahnya mencapai 91,3 juta orang berdasarkan data Bank Indonesia (BI).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan kehadiran pinjol memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan finansial.

"Terutama untuk daerah-daerah yang remote area (terpencil) di mana jauh dari perkotaan, maka dibutuhkan akses keuangan seperti fintech lending ini," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (20/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak dapat dipungkiri, bank belum bisa menjangkau wilayah terpencil. Pasalnya, perbankan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membangun kantor cabang.

"Biaya untuk mengembangkan jaringan cabang sampai daerah terpencil sulit, karena semakin terpencil semakin mahal untuk membuat kantor cabang dan sebagainya," jelasnya.

Oleh sebab itu, pinjol menjadi alternatif akses finansial bagi masyarakat. Namun, perkembangan teknologi keuangan itu juga harus didukung dengan infrastruktur teknologinya seperti jaringan IT dan tower base transceiver station (BTS) sehingga masyarakat di wilayah terpencil bisa mendapatkan teknologi informasi untuk mengakses pinjol.

Sepakat, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan kehadiran pinjol bisa mengisi celah yang belum terjangkau bank, termasuk pada usaha mikro. Apalagi, pinjol menawarkan kemudahan persyaratan dalam mendapatkan pinjaman bagi calon debitur.

Pernyataan Josua sejalan dengan data Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan (OECD) yang menyebutkan bahwa pada 2018 lalu porsi penyaluran kredit kepada UMKM di Indonesia masih minim, hanya sebesar 19 persen dari total penyaluran kredit perbankan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga pernah menyebutkan ada 23 juta pelaku UMKM belum mendapatkan akses pembiayaan dari lembaga keuangan, bank maupun nonbank lantaran belum memenuhi syarat.

"Harapannya fintech peer to peer lending ini bisa menjembatani UMKM yang baru memiliki usaha dan baru beroperasi, sehingga bisa mendapatkan pembiayaan. Setidaknya, kalau kita lihat peer to peer lending ini lebih baik dibandingkan dengan rentenir, jadi bisa mengurangi shadow banking," ujar Josua.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akumulasi penyaluran pinjol mencapai Rp181,67 triliun per Maret 2021. Angka itu naik 7,17 persen dibandingkan penyaluran Februari sebesar Rp169,51 triliun. Sedangkan, secara tahunan, jumlah penyaluran tumbuh 16,53 persen.

Namun, Josua mendorong agar penyaluran dana tersebut hendaknya dimaksimalkan pada sektor produktif bukannya konsumtif. Dengan demikian, kontribusinya pada perekonomian semakin besar untuk menggerakkan ekonomi rakyat.

Menurut Josua, masih kerap ditemui kasus pinjol di lapangan yang digunakan untuk akses pembiayaan konsumtif.

"Kalau ditujukan untuk produktif itu fine saja, tapi kalau sudah disalahgunakan untuk kegiatan konsumtif ini tidak akan produktif untuk mendorong perekonomian," ujarnya.

Agar penyalurannya menjadi produktif, ia menyarankan penyelenggara pinjol tetap menerapkan manajemen risiko dan penilaian kredit (credit scoring) sebelum menyalurkan pinjaman. Perusahaan juga diharapkan bisa memanfaatkan teknologi machine learning dan big data guna mengetahui profil risiko dari calon debitur.

"Itu, tetap harus dimanfaatkan oleh perusahaan fintech peer to peer lending untuk verifikasi dan validasi calon peminjam, debitur ini benar digunakan untuk kegiatan produktif bukannya konsumtif," terangnya.

Selain itu, Josua juga menyoroti distribusi pinjaman yang masih terpusat di Pulau Jawa. Data OJK menyebutkan dari akumulasi pinjaman Rp181,67 triliun, mayoritas atau sebesar Rp153,75 triliun berada di Pulau Jawa. Sedangkan sisanya, Rp27,91 triliun tersebar di luar Pulau Jawa.

Sementara itu, akumulasi rekening lender (kreditur) sebanyak 612.843 rekening. Sedangkan, akumulasi rekening borrower (debitur) mencapai 55,34 juta rekening. Untuk itu, ia mendorong agar sebaran penyaluran kredit pinjol lebih menjangkau debitur di luar Pulau Jawa.

"Artinya, kondisi ini yang kita lihat belum merata akibat literasi teknologi belum cukup memadai," katanya.

[Gambas:Video CNN]



(sfr/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER