Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.355 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (21/5) sore. Mata uang Garuda menguat 0,14 persen jika dibandingkan perdagangan sebelumnya di level Rp14.375 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.375 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi hari sebelumnya, yakni Rp14.396 per dolar AS.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Kondisi ini ditunjukkan oleh yen Jepang menguat 0,10 persen, dolar Taiwan naik 0,05 persen, won Korea Selatan menguat 0,46 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, rupee India bertambah 0,17 persen, yuan China menguat 0,02 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,10 persen.
Sedangkan, bath Thailand melemah 0,08 persen dan dolar Singapura melemah 0,03 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju mayoritas melemah terhadap dolar AS. Kondisi ini ditunjukkan oleh poundsterling Inggris melemah 0,02 persen, dolar Australia turun 0,42 persen, dan dolar Kanada turun 0,20 persen. Namun, franc Swiss berhasil menguat 0,02 persen.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan penguatan rupiah pada sore ini dipicu oleh melemahnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun. Tercatat, yield pemerintah obligasi AS turun ke kisaran 1,62 persen.
"Rupiah bisa menguat hari ini seiring dengan tekanan dari yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang mereda," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Dari dalam negeri, ia menuturkan surplus neraca perdagangan ikut memberikan sentimen positif ke pasar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang dalam negeri surplus sebesar US$2,19 miliar secara bulanan (month to month/mtm) pada April 2021 kemarin.
Realisasi itu lebih tinggi dari surplus US$1,57 miliar pada Maret 2021, serta masih lebih tinggi dari neraca dagang April 2020 yang tercatat defisit US$350 juta.
"Namun, rupiah sempat melemah hari ini karena pasar masih dibayangi potensi pengetatan moneter bank sentral AS yang lebih cepat dari perkiraan," katanya.