Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan target produksi dan produksi siap jual (lifting) minyak mentah pada akhir tahun akan dipangkas menjadi sebesar 682 ribu barel per hari (bph). Angka ini lebih rendah dari target APBN 2021 yang sebesar 705 ribu bph
Tak hanya itu, proyeksi produksi dan lifting gas di akhir tahun ini juga mengalami sedikit penurunan dari target APBN 2021, yakni dari 6.638 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) menjadi 5.527 MMSCFD.
Meski demikian, kata Dwi, pihaknya masih mengusahakan agar capaian lifting migas di akhir tahun bisa sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam APBN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan review kembali agar realistis. Kami di tim perencanaan memang masih memiliki semangat untuk lebih baik, tidak decline," ujarnya di Komisi VII DPR RI, Kamis (27/5).
Menurut Dwi Soetjipto target lifting migas ini diturunkan setelah mengupayakan banyak hal dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas yang berproduksi di Indonesia.
"Kami prognosa ikuti garis biru dan mudah-mudahan kami bisa kembalikan ke angka 700 ribu bph di akhir tahun, tapi kami masih melihat average setahun, outlook 2021 itu 682 ribu barel oil per hari," katanya.
Sementara itu, hingga kuartal I 2021, realisasi lifting minyak bumi tercatat mencapai 676,2 ribu bph atau 96 persen dari target APBN sebesar 705 ribu bph. Sedangkan realisasi lifting gas bumi sedikit lebih tinggi, yakni 5,539 MMSCFD atau 98,2 persen dari target APBN 5.638 MMSCFD.
Di luar itu, capaian investasi hulu migas pada kuartal I tercatat masih di angka US$2,4 miliar atau 19,4 persen dari target APBN 2021. Kemudian, pengendalian cost recovery tercatat mencapai US$1,7 miliar atau 21,4 persen dari target US$8,07 miliar dan penerimaan negara tercatat sebesar US$3,29 miliar atau 45,2 persen dari target US$7,28 miliar.