Beijing menuduh Amerika Serikat (AS) menekan perusahaan-perusahaan China dan mengeluarkan ancaman terselubung setelah Presiden Joe Biden menambah jumlah investor China yang masuk daftar hitam negaranya.
Mengutip AFP, Jumat (4/6), Biden menambah jumlah perusahaan China yang dilarang berhubungan dengan investor AS menjadi 59. Pada masa Donald Trump, jumlah perusahaan China yang dilarang berhubungan dengan investor AS hanya 31. Mereka dianggap memasok atau mendukung militer China.
Setelah Biden menempati posisi orang pertama di AS, ia meninjau kembali daftar hitam tersebut. Biden menghapus beberapa, tetapi juga menambah nama dalam daftar tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung Putih menyatakan 59 perusahaan yang masuk daftar hitam AS terlibat dalam teknologi pengawasan China yang digunakan untuk memfasilitasi atau pelanggaran hak asasi manusia.
Kementerian Luar Negeri China pun mengecam langkah itu sebagai pelanggaran hukum pasar dan upaya menekan perusahaan-perusahaan China.
"Hapus apa yang disebut daftar yang menekan perusahaan China. Adil, adil, dan tidak diskriminatif terhadap perusahaan China," ucap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
Ia mengatakan China akan mengambil langkah tegas demi melindungi hak dan kepentingan perusahaan China.
Pada masa Trump, beberapa perusahaan China yang tak bisa berhubungan dengan investor AS bergerak di sektor telekomunikasi, konstruksi, dan teknologi. Beberapa perusahaannya adalah China Mobile, China Telecom, dan China Railway Construction Corp.
China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) ditambahkan pada Januari lalu. Hal ini menyebabkan S&P menghapus CNOOC dari indeks sahamnya.
Larangan investasi mulai berlaku pada 24 Agustus. Pemegang saham memiliki waktu satu tahun untuk memulai divestasi.