Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.255 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Rabu (9/6) sore. Posisi tersebut melemah 0,02 persen dibandingkan perdagangan Selasa (8/6) sore di level Rp14.252 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.262 per dolar AS, atau stagnan dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sore ini, mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,01 persen, dolar Singapura menguat 0,03 persen , bath Thailand terpantau menguat 0,17 persen, yuan China menguat 0,18 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,10 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, won Korea Selatan melemah 0,09 persen, dolar Taiwan melemah 0,15 persen, peso Filipina melemah 0,04 persen, dan rupee India melemah 0,10 persen
Sementara itu, mata uang di negara maju juga bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,13 persen dan dolar Australia melemah 0,05 persen. Sebaliknya franc Swiss menguat 0,04 persen dan dolar Kanada menguat 0,19 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah hari ini disebabkan turunnya cadangan devisa Indonesia pada Mei lalu.
Hal ini menyebabkan arus modal asing keluar dari pasar keuangan dalam negeri. "Pelaku pasar merespons negatif data cadangan devisa Mei 2021, yang turun ke level terendah tahun ini. Sehingga wajar kalau arus modal keluar dari pasar dalam negeri," ucapnya dalam keterbukaan tertulis.
Sebagai informasi, cadangan devisa Mei 2021 turun US$2,4 miliar menjadi US$136,4 miliar dari bulan sebelumnya US$138,8 miliar.
Penurunan cadangan devisa kali ini juga menjadi penurunan paling dalam sejak Maret 2020 atau saat covid-19 dinyatakan sebagai wabah. "Namun pengeluaran arus modal masih bisa tertahan karena kondisi fundamental ekonomi yang terus stabil," jelasnya.
Sementara dari ekstrnal, pergerakan rupiah dipengaruhi lowongan kerja JOLTs pada bulan April di Amerika Serikat yang meningkat menjadi 9,286 juta, lebih tinggi dari perkiraan 8,3 juta yang disiapkan oleh Investing.com dan 8,288 juta pada Maret.
"Investor terus bertaruh terhadap greenback tetapi tetap khawatir tentang apakah bank sentral akan mulai menarik langkah-langkah stimulus mereka yang belum pernah terjadi sebelumnya," pungkasnya.