PTPN Mau Setop Impor Gula 2025, Bentuk Holding BUMN SugarCo
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III menargetkan produksi 2 juta ton gula pada 2025. Perusahaan mengejar produksi dalam negeri untuk menyetop impor gula konsumsi.
Direktur Utama PTPN III Muhammad Abdul Ghani mengaku optimis mampu mewujudkan target swasembada gula pada 2025 nanti melihat progres yang dibuat saat ini. Tahun ini, ia menargetkan PTPN mampu memproduksi 900 ribu ton gula, naik 20 persen dari capaian tahun lalu.
"Dalam 2025 kami bisa mendukung program pemerintah untuk swasembada gula. Tahun ini proyeksi kami target 900 ribu ton dan pada 2025 kami menghasilkan 2 juta ton, maka 2025 gula konsumsi tidak perlu impor lagi," jelasnya pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Senin (21/6).
Baca juga:APBN Tekor Rp219 T hingga Mei 2021 |
Abdul menerangkan guna mencapai kemandirian importasi gula akan dibentuk holding pabrik gula (PG) yang bernama SugarCompany atau SugarCo.
Nantinya, pembentukan SugarCo akan melibatkan tujuh anak usaha PTPN yang akan difokuskan mengelola gula mengingat saat ini konsumsi gula Indonesia masih dipenuhi lewat impor. Ia mengatakan Indonesia merupakan negara pengimpor gula terbesar dunia.
Hal ini disebabkan karena rendahnya efisiensi dan produktivitas pengolahan tebu menjadi gula di dalam negeri. Bahkan, produktivitas saat ini lebih payah dari Indonesia pada 1930 silam yang sempat menjadi pengekspor gula.
"Hari ini kita dengan luas areal lebih dari dua kali lipat, 420 ribu hektare tapi produktivitas hanya 70 (ton per hektare) dan gula hanya 5 ton. Kami melakukan introspeksi bahwa kami gagal, kami saat ini hanya mencapai sepertiga produktivitas 1930," bebernya.
Ia menyebut bahwa salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas gula ialah dengan membangun pabrik gula baru dan merevitalisasi pabrik gula yang sudah tua. Dari hitungannya, dibutuhkan sekitar Rp23 triliun untuk memperbaiki fungsi penggilingan di Indonesia.
Sayangnya, PTPN saat ini tengah menjalani proses restrukturisasi utang sehingga pihaknya tidak bisa mengambil utang baru. Karena itu, Abdul menyebut nanti akan digandeng investor asing dan dalam negeri lewat skema Sovereign Wealth Fund (SWF) INA.
"Merevitalisasi ini dibutuhkan dana di atas Rp20 triliun jadi tidak mungkin kami sendiri karena posisi PTPN saat ini sedang dalam proses restrukturisasi keuangan. Kami tidak dibolehkan meminjam di bank," katanya.