22 Juta Orang Nganggur di Negara Kaya Akibat Covid

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 09:58 WIB
OECD menyebut 22 juta pekerjaan di negara kaya hilang akibat covid-19. Itu membuat jumlah pengangguran meningkat.
OECD menyatakan 22 juta pekerjaan telah hilang akibat pandemi corona setahun belakangan ini. Itu meningkatkan angka pengangguran. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyatakan 22 juta pekerjaan di negara-negara kaya di dunia hilang akibat pandemi covid-19 yang melanda dunia sejak 2020 lalu. Akibatnya, dalam waktu enam bulan belakangan, jumlah pengangguran meningkat 60 persen.

Jumlah ini terus meningkat hingga kuartal I 2021. Bahkan proyeksi lembaga tersebut, tingkat pengangguran akan berkembang pesat dalam jangka panjang.

Menurut OECD, pemulihan ekonomi yang terjadi di berbagai negara pada saat ini belum bisa memulihkan pasar kerja. Pasar kerja kemungkinan baru pulih seperti masa sebelum pandemi pada 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemulihan ekonomi yang kuat sedang berlangsung di negara-negara OECD. Namun, itu belum sepenuhnya diterjemahkan ke dalam pekerjaan baru yang cukup untuk mengembalikan tingkat pekerjaan ke tingkat pra-pandemi di sebagian besar ekonomi anggota," ungkap OECD dalam laporannya, seperti dikutip dari CNN Business, Jumat (9/7).

Lebih lanjut, OECD juga mencatat pandemi juga telah membuat 3 juta orang yang baru lulus gagal mendapat pekerjaan. Ini jumlah yang besar dan membalikkan tren dalam satu dekade terakhir.

Tak hanya penurunan lapangan kerja, OECD juga menyebut pandemi juga menurunkan penghasilan pekerja. Penurunan paling terasa terjadi pada pekerja yang berpenghasilan rendah ketimbang yang tinggi.

Tercatat, gaji mereka turun lebih dari 28 persen di seluruh negara maju. Kendati begitu, OECD menangkap fakta lain.

Di beberapa negara ekonomi utama, sejumlah rekrutmen tenaga kerja mulai terjadi. Itu salah satunya terjadi di Inggris.

Namun para perekrut mau tidak mau harus meningkatkan gaji pekerja dengan kenaikan yang cukup tinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Mereka juga mencatat Amerika Serikat menjadi negara dengan pemulihan pasar kerja paling tinggi. Tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam yang saat puncak pandemi melonjak ke kisaran 15 persen, Juni 2021 kemarin sudah berhasil ditekan lagi jadi 5,9 persen.

OECD juga menemukan tingkat pengangguran dunia juga mulai turun dari 8,8 persen pada April 2020 menjadi 6,6 persen pada Mei 2021. Namun, tingkatnya belum pulih seperti masa sebelum pandemi.

[Gambas:Video CNN]

Atas temuan ini, OECD memberi masukan kepada seluruh pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pekerja melalui berbagai pelatihan. Khususnya di sektor industri hijau dan digital serta sektor yang masih cukup efektif dijalankan meski ada pembatasan.

Tak ketinggalan, OECD juga meminta pemerintah setiap negara untuk tetap memberikan dukungan bantuan kepada pekerja, meski hal ini tak bisa diberikan terlalu lama karena akan menumpuk beban fiskal pemerintah.

"Penarikan dukungan fiskal terlalu cepat akan berisiko membahayakan pemulihan. Tapi di sisi lain, mempertahankan dukungan terlalu lama juga akan berisiko membahayakan kekuatan dan kualitas pemulihan jangka panjang dengan memperlambat realokasi modal dan tenaga kerja yang diperlukan di seluruh perekonomian," tutup Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann.

(uli/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER