BUMN Singapura, Temasek group, mencatatkan pendapatan bersih senilai 56,5 miliar dolar Singapura atau setara Rp604,5 triliun (kurs Rp10.700) untuk laporan yang berakhir pada Maret 2021. Pendapatan itu naik S$8,8 miliar dari tahun sebelumnya di era pandemi covid-19.
Selain pendapatan, portofolio investasi Temasek juga gemilang. Bahkan, terbaik sejak 2010, dengan menghasilkan keuntungan 24,53 persen. Portofolio Temasek bangkit dari kerugian tahun lalu yang minus 2,28 persen.
Mengutip The Straits Times, Rabu (14/7), nilai portofolio bersih Temasek dibukukan sebesar S$381 miliar per Maret 2021 atau naik S$75 miliar dari catatan sebelumnya di S$306 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan nilai portofolio Temasek berasal dari cerahnya pasar bursa global dan IPO beberapa holding perusahaan. Nilai portofolio Temasek naik dua kali lipat dalam satu dekade terakhir.
Temasek melaporkan investasi terbesarnya ada di China dengan proporsi 27 persen, mengalahkan investasi di dalam Singapura yang menduduki posisi kedua di 24 persen.
Menurut sektor, investasi terbesar terletak pada sektor keuangan sebesar 24 persen, diikuti telekomunikasi, media, dan teknologi (TMT) senilai 21 persen.
Membandingkan dengan BUMN Indonesia, ditaksir BUMN mencetak laba bersih sebesar Rp28 triliun sepanjang 2020. Turun drastis 77,4 persen dari catatan 2019 sebesar Rp124 triliun.
Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan penurunan laba juga diikuti dengan berkurangnya pendapatan BUMN dari Rp1.600 triliun menjadi Rp1.200 triliun.
"Tadinya Rp124 triliun di 2019, tahun ini konsolidasinya hanya Rp28 triliun," ujar Erick dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Kamis (3/6).
Ia menuturkan Kementerian BUMN telah membuat laporan keuangan BUMN secara konsolidasi melalui integrasi sistem di BUMN.
Targetnya, laporan keuangan BUMN secara konsolidasi itu (belum diaudit) akan disampaikan kepada anggota dewan pada September mendatang.