Pemegang saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI belum menunjuk pengganti Ari Kuncoro yang mengundurkan diri dari posisinya sebagai wakil komisaris utama perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) yang berlangsung hari ini, Kamis (22/7).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan rapat hanya membahas agenda tunggal yakni persetujuan untuk melakukan aksi korporasi penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pasalnya, dalam ketentuan yang berlaku, agenda rapat tidak dapat diubah dalam waktu kurang dari 45 hari.
"Karena sesuai dengan ketentuan dan prosedurnya tidak memungkinkan untuk mengubah agenda RUPS dalam waktu hitungan hari, paling tidak dibutuhkan 45 hari maka di dalam agenda rapat ini hanya tunggal satu, yakni menyetujui rencana penerbitan penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu," ujarnya dalam konferensi pers usai RUPS-LB BRI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ia menuturkan perseroan menerima pemberitahuan pengunduran diri Ari dari Kementerian BUMN pada hari ini yang bertepatan dengan jadwal pengadaan RUPS-LB. Selanjutnya, ia menuturkan penunjukkan Wakil Komisaris Utama BRI akan ditentukan pada rapat berikutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"Surat pengundurannya kami terima dari Kementerian BUMN pada hari ini, jadi surat pengunduran dirinya ditujukan kepada Menteri BUMN, kemudian dari Menteri BUMN menyurati kepada BRI untuk melakukan tindak lanjut secara administratif sesuai dengan ketentuan," imbuhnya.
Seperti diketahui, Ari Kuncoro merupakan Rektor Universitas Indonesia (UI). Ia sempat menuai kontroversi akibat polemik rangkap jabatan sebagai Wakil Komisaris Utama BRI.
Pasalnya, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas Indonesia menyatakan Rektor dan Wakil Rektor UI dilarang merangkap sebagai pejabat pada badan usaha milik negara/daerah maupun swasta.
Namun, aturan itu baru-baru ini diubah oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi PP Nomor 75 tahun 2021 tentang Statuta UI. Aturan itu justru mengakomodasi rangkap jabatan Rektor UI pada komisaris BUMN seperti halnya Ari Kuncoro.
Sontak, banyak kritik yang dilayangkan publik pada putusan itu. Namun, pada hari ini ia resmi mengundurkan diri. Pengunduran diri Ari tertulis dalam keterbukaan informasi yang disampaikan bank BUMN tersebut kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Pengunduran diri Sdr Ari Kuncoro dari jabatannya sebagai Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen Perseroan. Tidak ada dampak kejadian, informasi atau fakta material tersebut terhadap kegiatan operasional emiten atau perusahaan publik," tulis Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto dalam keterbukaan informasi.
Berikut jajaran Komisaris BRI saat ini setelah pengunduran diri Ari Kuncoro:
Lihat Juga : |
Komisaris Utama: Kartika Wirjoatmodjo
Wakil Komisaris Utama/Independen tidak ada
Komisaris: Rabin Indrajad Hattari
Komisaris Independen: R. Widyo Pramono
Komisaris Independen: Rofikoh Rokhim
Komisaris Independen: Hendrikus Ivo
Komisaris Independen: Dwi Ria Latifa
Komisaris Independen: Zulnahar Usman
Komisaris: Nicolaus Teguh Budi Harjanto
Komisaris: Hadiyanto
Lihat Juga : |
Sementara itu, pemegang saham menyetujui rights issue untuk mendukung pembentukan holding ultra mikro dipimpin oleh perseroan, bersama dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Nantinya, pemerintah akan menyetorkan seluruh saham seri B miliknya dalam Pegadaian dan PNM kepada perseroan atau inbreng.
Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 28,67 miliar lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp50 per saham pada proses rights issue. Mayoritas dana yang didapat dari rights issue akan digunakan untuk proses pembentukan holding ultra mikro.
"Selebihnya, akan digunakan sebagai modal kerja perseroan dalam pengembangan ekosistem ultra mikro, bisnis mikro, dan usaha kecil," ujarnya.
Aksi korporasi ini akan berdampak kepada laporan keuangan konsolidasian perseroan per 31 Maret 2021. Total aset perseroan meningkat dari Rp1.411 triliun menjadi Rp1.515 triliun, total liabilitas meningkat dari Rp1.216 triliun menjadi Rp1.289 triliun, dan laba bersih meningkat dari Rp7 triliun menjadi Rp8 triliun.