Banyak warga mengeluhkan stok langka vaksin covid-19 di tengah tingginya animo masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi gratis pemerintah. Kelangkaan ini disebut-sebut terjadi di banyak daerah, salah satunya di Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun mengakui stok vaksin covid-19 dosis kedua baru akan datang pada Agustus nanti. "Sekarang masih kosong. Pusat baru datang Agustus," ujar Emil, sapaan akrabnya, Rabu (21/7) lalu.
Sebetulnya, ada stok 10 juta dosis yang diperoleh dari pemerintah pusat. Dari jumlah itu, 72 persen di antaranya sudah disuntikkan kepada masyarakat. Namun, sisa 26 persen dosis vaksin keduanya digeser untuk kebutuhan vaksin dosis pertama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang 26 persen tidak untuk dosis kedua tapi untuk memperluas wilayah vaksin. Saya instruksikan di sekolah dan vaksin keliling untuk meningkatkan persentase," imbuh dia.
Dari sisi angka vaksinasi harian,mantan wali kota Bandung tersebut mengatakan sebetulnya vaksinasi di Jabar sudah lebih tinggi jika dibandingkan provinsi lain. Namun, perlu diingat, secara jumlah penduduk Jabar terbilang lebih banyak.
Mengutip keterangan resmi PT Bio Farma (Persero), seperti disampaikan Sekretaris Perusahaan Bambang Heriyanto, vaksin covid-19 yang diterima, baik dalam bentuk finish product maupun bulk (bubuk) harus melalui proses karantina.
Bahkan, untuk bulk, proses karantina lebih panjang dibandingkan finish product. Dengan begitu, Bio Farma tidak bisa langsung mengirimkan vaksin yang diterima kepada Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota.
"Sebagai contoh, untuk bulk yang diterima dari Sinovac, Bio Farma harus melakukan karantina, seperti uji internal oleh Quality Control dan perlu mendapatkan izin rilis dari Quality Assurance Bio Farma, selanjutnya masuk ke proses fill and finish di fasilitas produksi Bio Farma," jelasnya, dikutip Selasa (27/7).
Kemudian, vaksin yang sudah jadi, masih harus melalui proses karantina lagi, sembari menunggu lot rilis yang dikeluarkan oleh Badan POM. Beda cerita dengan vaksin finish product yang hanya menjalani proses sampling dari Badan POM sebelum digunakan kepada masyarakat.
Secara total, sejak 6 Desember 2020 hingga 22 Juli 2021, jumlah vaksin yang masuk ke RI mencapai 151,9 juta dosis. Terdiri dari 123,5 juta dalam bentuk bulk dari Sinovac dan 22,4 juta lainnya dalam bentuk finish product yang diterima dari AstraZeneca dan Moderna.
Yang menjadi catatan, Bambang menuturkan terjadi penyusutan dalam setiap proses pembuatan vaksin. Ini mengakibatkan jumlah dosis bulk yang diterima tidak akan sama dengan jumlah dosis ketika menjadi produk jadi.
Biasanya, 10 persen-15 persen lebih rendah dari jumlah bulk yang diterima. Jadi, dari target 140 juta dosis bulk yang diterima, maka Bio Farma memperkirakan jadi kurang lebih 122,5 juta dosis produk jadi yang siap pakai.
"Karena dalam proses produksi mulai dari homogenisasi, filling, dan packing, akan ada vaksin yang hilang. Ini normal dan tidak bisa dihindari. Misalnya, di selang ada yang tersisa, tangki ada tersisa itu juga ada wastage," kata Bambang.
Vaksin covid-19 dikemas dalam kemasan 5 ml yang bisa digunakan untuk 10 penerima. Artinya, setiap orang akan menerima 0,5 ml. Tetapi pada kenyataannya, Bio Farma tidak akan memasukkan larutan vaksin tepat 5 ml ke dalam vial, melainkan diberi tambahan volume antara 5,9 ml - 6 ml.
"Karena praktek di lapangan pada saat pengambilan 1 dosis, biasanya dilebihkan sedikit untuk mendapatkan genap 0,5 ml per dosis vaksin ketika disuntikan" tutur Bambang.
Dengan demikian, dari bulk yang telah diterima oleh Bio Farma sebanyak 123,5 juta dosis, diperkirakan akan dapat menghasilkan vaksin covid-19 sekitar 99.5 juta dosis vaksin jadi.
Per 26 Juli 2021, dari jumlah bulk 123,5 juta dosis, Bio Farma telah memroses 110,7 juta dosis dan menghasilkan produk jadi sekitar 90,1 juta dosis produk jadi, dengan jumlah produk jadi yang rilis pada Juli diperkirakan sebesar 16,6 juta dosis dan siap didistribusikan Pada Agustus nanti sebanyak 19,8 juta dosis.
"65,8 juta dosis di antaranya sudah memperoleh lot rilis, sedangkan sisanya sebanyak 24,3 juta dosis, masih menunggu lot rilis dari Badan POM", tutup Bambang.
Total vaksin yang rilis, produksi Bio Farma dan vaksin jadi AstraZeneca dan Moderna sebanyak 87 juta dosis. Sedangkan untuk vaksin yang sudah terdistribusi, secara akumulasi total 77,9 juta dosis.
(bir/sfr)