Hitachi ABB Power Grids mendukung target pemerintah untuk mengurangi penggunaan sumber energi berbasis fosil secara persentase pada 2025-2050 melalui peran Battery Energy Storage System (BESS), sejalan dengan peningkatan angka Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional.
Target tersebut disusun menyusul komitmen Indonesia mencapai netral karbon pada 2060 mendatang. Sebagai masa depan dari ketenagalistrikan dunia, International Atomic Energy Agency (IAEA) melalui Sustainable Development Scenario memprediksi bahwa energi terbarukan akan mengisi 30 persen bauran energi dunia pada 2040.
Sementara, Indonesia mencanangkan target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025, meski pada tahun ini baru mencapai 11 persen. Kondisi itu membuat PLN selaku penyedia listrik negara mengadakan penyesuaian target melalui kebijakan transformasi hijau, antara lain dengan mengubah seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi EBT, terutama Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dikombinasikan dengan BESS, yang akan diterapkan khususnya di pulau-pulau dan daerah-daerah pelosok atau terpencil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Regional Head Grid Edge Solutions dari Hitachi ABB Power Grids, Rahul Mehta menjelaskan, sebagai negara kepulauan, Indonesia idealnya dapat mengimplementasikan sistem kelistrikan yang terinterkoneksi antar pulau-pulau utama dan juga dengan negara-negara Asia Tenggara dan Australia sehingga membentuk sebuah jaringan listrik yang sering disebut sebagai super grid seperti di Eropa.
Sehingga, hal itu memungkinkan transfer energi secara masif dari lokasi-lokasi yang potensi EBT nya tinggi seperti Nusa Tenggara dengan potensi surya untuk digunakan di daerah-daerah yang kebutuhan listriknya tinggi, antara lain di Pulau Jawa tanpa mengganggu kestabilan sistem.
Selain BESS, Rahul menyebut kunci penting lain guna mencapai netral karbon adalah peningkatan pasar kendaraan listrik, juga digitalisasi jaringan kelistrikan yang memungkinkan pelaksanaan monitoring and controlling, baik dari sisi pembangkit, transmisi, distribusi, hingga sisi pelanggan yang dilakukan secara real-time, kapan saja dan dari jarak jauh, misalnya penerapan teknologi demand-side management.
"Penggunaan konsep smart grid seperti di atas, memungkinkan pengaturan sistem tenaga listrik secara lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan kestabilan dan kehandalan sistem," kata Rahul.
Guna mendukung penyediaan EBT, penyimpanan energi diperlukan demi ketersediaan pasokan energi yang handal dan stabil untuk jangka waktu cukup panjang. Pasalnya, beberapa sumber energi tak dapat selamanya diandalkan, seperti angin yang hembusannya tidak konsisten untuk menggerakkan turbin, atau sinar matahari yang tak bisa dimanfaatkan secara optimal apabila cuaca berawan.
Rahul memaparkan, teknologi penyimpanan energi tak hanya dibutuhkan sebagai pendukung sistem jaringan yang terintegrasi dengan pembangkit listrik EBT, atau utilitas transmisi dan distribusi, tetapi juga oleh berbagai aplikasi sektor rumah tangga, komersial, sampai industri.
"BESS adalah teknologi yang dikembangkan untuk menyimpan energi listrik dengan menggunakan baterai. Salah satu aplikasi penggunaan BESS adalah untuk menyimpan energi berlebih yang dihasilkan oleh sistem EBT untuk menyuplai beban pada saat sumber EBT tidak dapat menghasilkan energi," katanya.
Selain itu, BESS juga dapat diimplementasikan untuk fungsi-fungsi lain, seperti untuk fungsi spinning reserve di industri-industri yang mempunyai pembangkit listrik di luar PLN, misalnya industri pertambangan dan industri hulu minyak dan gas. Hasil akhirnya berupa efisiensi penggunaan bahan bakar pembangkit eksisting, guna mengurangi biaya pembangkitan, dan juga emisi karbon yang dihasilkan.
Di Indonesia sendiri, Hitachi ABB Power Grid telah berhasil menerapkan konsep smart microgrid pertama milik PLN di Pulau Semau, NTT, yang berhasil membantu PLN untuk menyediakan listrik dari sumber energi terbarukan (PLTS) sebesar 100 persen pada siang hari.
Selain itu, juga pada proyek PLN di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, dengan konsep serupa yang mengintegrasikan PLTS dengan kapasitas sebesar 1,3 MWp dan BESS berkapasitas 700/870 kWh BESS dengan pembangkit diesel eksisting yang sebelumnya menjadi sumber energi satu-satunya di pulau tersebut.
Rahul menambahkan, tak hanya untuk PLN, Hitachi ABB Power Grids Indonesia juga telah berhasil mengimplementasikan konsep pembangkit hybrid di Bontang, Kalimantan Timur, sebagai sistem microgrid terbesar saat ini di Indonesia. Konsep itu mengintegrasikan PLTS dan BESS dengan pembangkit PLTU batubara dan PLTD eksisting. Adapun pengaplikasian microgrid ini bertujuan memastikan pasokan listrik berkelanjutan yang lebih hijau untuk proses penambangan milik Indo Tambangraya Megah (ITM) di Kalimantan Timur.
"Mulai beroperasi sejak akhir 2019, proyek ini telah berhasil mengintegrasikan pembangkit tenaga surya ke dalam jaringan listrik milik Indominco Mandiri (IMM), menstabilkan dan meningkatkan efisiensi energi dengan portofolio solusi grid edge, e-mesh, termasuk sistem penyimpanan energi berbasis baterai lithium, PowerStore (BESS) dan sistem kontrol untuk otomasi jaringan," ujar Rahul.
Sistem tersebut diproyeksikan menghasilkan kurang lebih 230 MWh energi dari PV surya, dengan tujuan mengurangi emis CO2 sebesar 192 ton per bulan.
Menurut Rahul, sistem kontrol otomasi dan digitalisasi jaringan juga berperan penting dalam memaksimalkan kinerja sistem kelistrikan di IMM. Adapun solusi e- mesh Control & SCADA dari Hitachi ABB Power Grids memastikan operasi yang andal, stabil, dan terkoordinasi.
Dia mengungkapkan, pada siang hari sistem BESS akan menstabilkan frekuensi jaringan saat terjadi fluktuasi yang disebabkan pembangkit tenaga surya. Sistem juga dapat meningkatkan performa jaringan menggunakan sistem pembagian beban (load sharing), baik pada siang maupun malam hari. Sehingga, pengoperasian pembangkit tetap berjalan efisien, terlebih saat terjadi fluktuasi beban listrik tambang yang ekstrim.
Dengan berbagai pengalaman dan rekam jejak selama 250 tahun, Rahul menegaskan bahwa Hitachi ABB Power Grids siap menyambut proyek berikutnya. "Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mendukung kebaikan demi masa depan energi yang berkelanjutan melalui teknologi inovatif dan digital," katanya.
(rea)