ANALISIS

Saham Bukalapak Melompat-lompat Dahulu, Jatuh Kemudian

Wella Andany | CNN Indonesia
Jumat, 13 Agu 2021 07:14 WIB
Tren saham Bukalapak yang jatuh setelah melompat-lompat dinilai wajar, karena harga BUKA sempat dibanderol kemahalan sejak melantai di BEI.
Tren saham Bukalapak yang jatuh setelah melompat-lompat dinilai wajar, karena harga BUKA sempat dibanderol kemahalan sejak melantai di BEI. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Antusiasme pasar terhadap penawaran saham perdana (IPO) PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) boleh dibilang tinggi sejak perusahaan mengumumkan aksi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) Juli lalu.

Buktinya, IPO yang diklaim mencetak rekor terbesar sepanjang sejarah ini memang mampu meraup dana segar hingga Rp22 triliun dari publik.

Padahal, saat melantai, BUKA masih mencatat kerugian. Prospektus perusahaan mengungkap kerugian terjadi selama tiga tahun terakhir. Yakni, sebesar Rp2,24 triliun pada 2018, Rp2,79 triliun pada 2019, dan Rp1,35 triliun pada tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerugian itu disebabkan oleh promosi dan pemasaran yang gencar dilakukan perusahaan. Harap maklum, startup berkapitalisasi di atas US$1 atau unicorn, memang dikenal gemar 'bakar duit' dalam berkompetisi bisnis.

Pada 2020, misalnya, beban pemasaran dan penjualan BUKA melebihi pendapatan perusahaan. Tercatat, beban pemasaran saat itu sebesar Rp 1,51 triliun. Sementara, pendapatannya hanya Rp1,35 triliun.

Dari sisi aset, BUKA membukukan Rp2,59 triliun pada akhir 2020. Lalu, total utang Rp985,82 miliar dengan ekuitas Rp1,67 triliun. Pada periode yang sama, nilai kas BUKA dibukukan Rp1,48 triliun.

Kendati menunjukkan performa baik pada awal IPO hingga menyentuh auto reject atas (ARA), namun beberapa hari terakhir BUKA mulai memble dan dilepas investor. Pada hari pertama IPO, yakni Jumat (6/8), BUKA meroket nyaris 25 persen dari level IPO-nya 850.

Kemudian, pada Senin (9/8), BUKA sempat menguat kencang, namun saham secara konsisten turun dan berakhir menguat 4,72 persen. Setelah dua hari pertama itu, BUKA anjlok.

Pada Selasa (10/8), BUKA rontok 6,76 persen menjadi 1.035 dari harga puncak di 1.325. Saham lagi-lagi keok pada Kamis (12/8), dengan pelemahan 6,76 persen dan bertengger di posisi 965.

Secara total sejak melantai, asing telah mencatat penjualan bersih senilai Rp2,02 triliun.

Menyikapi hal tersebut, Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo menyebut wajar bila saham-saham baru di bursa mengalami fluktuasi, terutama untuk saham yang sulit diukur harga wajarnya, seperti perusahaan teknologi.

Sudah hampir seminggu sejak melantai di bursa, Lucky menilai pasar sudah menguji harga BUKA. Dari apresiasi yang didapat, menurut dia, BUKA dianggap kemahalan di harga puncaknya, 1.325.

Karena itu, harga terus merosot hingga ke level 900-an saat ini. Berdasarkan pergerakan BUKA beberapa hari ini, harga pantas saham perusahaan berkisar 950-1.000 per saham. Di atas 1.000, ia menyebut saham kurang menarik untuk dikoleksi.

Meski digadang-gadang akan mengikuti jejak Wall Street dengan dominasi sektor teknologi, namun saat ini, Lucky melihat investor masih mengacu pada kinerja riil perusahaan yang saat ini masih merugi.

"BUKA di harga puncaknya terlalu mahal, testing the water-nya sudah dan itu menjelaskan harga kemahalan. Kebetulan sentimen sedang negatif di pasar sehingga indeks mengalami koreksi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/8).

Untuk jangka pendek, Lucky memproyeksikan harga BUKA belum akan jauh-jauh dari harga kesepakatan IPO, yakni 850. Selain karena fundamental, ia menyebut juga ada andil mentalitas investor yang ingin untung cepat.

Kebanyakan mereka yang membeli BUKA bukan investor jangka panjang dan tidak menjadikan BUKA sebagai objek investasi di masa depan. Mereka, menurut Lucky, cenderung mengambil kesempatan tarik cuan saat harga sudah jauh di atas IPO.

Sedangkan untuk prospek jangka panjang, Lucky menyebut BUKA punya dua PR besar yang menanti. Pertama, BUKA harus memperbaiki kinerja perusahaan setelah mendapatkan suntikan dana publik.

Kedua, BUKA harus mengukuhkan posisinya dari ancaman saham unicorn lain yang juga bakal melantai di bursa. BUKA harus mampu mempertahankan posisinya sebagai saham 'seksi' bila tak mau dana investor lari ke unicorn lainnya.

Disebut-sebut, ada beberapa startup yang bakal menyusul BUKA mejeng di bursa saham dalam negeri, seperti Ruangguru, Traveloka dan GoTo.

Lucky menyebut dengan keadaan sekarang, BUKA tidak boleh pasif dan harus gencar melakukan public expose dan aksi korporasi untuk menarik perhatian investor. Public expose bertujuan untuk membeberkan prospek dan rencana perusahaan ke depan untuk meyakinkan investor agar tidak melego saham mereka.

Dia mengatakan BEI mesti segera melepas unicorn atau startup lain di papan bursa sebagai pesaing atau pembanding BUKA. Bila tidak, ia menilai akan sulit menakar kinerja BUKA.

"Untuk mereka yang nyangkut dengan jumlah di atas 30 persen (di atas IPO), mau tidak mau harus jadikan objek investasi jangka panjang. Territory cut loss 7 persen, itu toleransinya," saran Lucky.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyebut kinerja BUKA selama 4 hari pertamanya tertekan oleh penjualan asing yang mencapai Rp2,1 triliun. Di sisi lain, ia menyebut ada sentimen positif dari masuknya sovereign wealth fund (SWF) asal Singapura, GIC Private Limited, sebagai investor BUKA.

Menurut Herditya, turunnya harga saham merupakan murni mekanisme pasar yang disebabkan oleh ambil untung. "Kami memperkirakan, turunnya harga dari BUKA sendiri merupakan mekanisme pasar di mana diperkirakan ada aksi profit taking," imbuh dia.

Dia mengaku sulit untuk membuat proyeksi soal emiten. Sebab, indikator teknikal BUKA belum terbentuk. Namun, ia menyebut ada indikasi awal koreksi BUKA sudah relatif terbatas.

Dia menyarankan investor untuk mencermati volume perdagangan BUKA dalam jangka pendek. "Lebih baik wait and see terlebih dahulu," tambahnya.

Ia percaya sektor teknologi masih memiliki tren yang positif ke depan, seiring dengan perkembangan teknologi ditambah dengan perubahan tren berbelanja dari konvensional ke online.

[Gambas:Video CNN]



(bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER