Jokowi Tekan Kemiskinan Maksimal 9 Persen di RAPBN 2022
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memproyeksi tingkat kemiskinan berada dalam rentang 8,5 persen sampai 9 persen dari total populasi masyarakat Indonesia pada 2022 mendatang.
Target tersebut ditekan dari 2021, yakni di kisaran 9,2 persen sampai 9,5 persen. Sedangkan realisasi yang dicatat Badan Pusat statistik (BPS) per Maret 2021 masih dua digit, yakni 10,14 persen dari total populasi nasional.
"Tingkat kemiskinan di kisaran 8,5 persen hingga 9,0 persen dengan penekanan pada penurunan kemiskinan ekstrem," ujar Jokowi dalam Pidato Pengantar RUU APBN Tahun Anggaran 2022 Beserta Nota Keuangannya, Senin (16/8).
Sejalan dengan target kemiskinan, ia juga menargetkan tingkat ketimpangan (gini ratio) turun ke kisaran 0,376-0,378. Target tersebut juga lebih rendah dari yang saat ini ada di APBN 2021 sebesar 0,377 sampai 0,379.
Sedangkan realisasi ketimpangan per Maret 2021 tercatat sebesar 0,384.
Sementara tingkat pengangguran yang ditargetkan sebesar 5,5 persen sampai 6,3 persen, ditekan dari APBN 2021 di kisaran 7,7 persen hingga 9,1 persen. Adapun, realisasi pengangguran terbuka per Februari 2021 mencapai 6,26 persen.
Sedangkan untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Jokowi berharap bisa berada di kisaran 73,41 sampai 73,46 pada tahun depan. Tahun ini, target IPM berada di kisaran 72,78 sampai 72,95.
Jokowi mengatakan seluruh target pembangunan akan dikejar dengan belanja pemerintah yang dialokasikan sebesar Rp2.708,7 triliun. Sementara, pendapatan negara diperkirakan Rp1.840,7 triliun.