Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan defisit anggaran membaik menjadi Rp868 triliun atau 4,85 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2022. Angka defisit itu lebih rendah dibandingkan target dalam APBN 2021, yakni 5,7 persen dari PDB, setara dengan Rp939,6 triliun.
Target defisit itu disampaikan oleh Jokowi dalam Pidato Pengantar RUU APBN Tahun Anggaran 2022 Beserta Nota Keuangannya.
"Defisit anggaran 2022 direncanakan sebesar 4,85 persen terhadap PDB atau Rp868 triliun," ujarnya, Kamis (14/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Target tersebut juga sejalan dengan angka yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam kebijakan ekonomi dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) 2022 yang disampaikan kepada DPR belum lama ini, yakni 4,51 persen-4,85 persen dari PDB.
Jokowi mengatakan target defisit 2022 sangat penting untuk mencapai konsolidasi fiskal. Mengingat pada 2023 mendatang, defisit anggaran diharapkan dapat kembali ke level paling tinggi 3 persen dari PDB sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Seperti diketahui, sebagai respons penanganan pandemi, pemerintah melonggarkan aturan defisit APBN menjadi maksimal 6 persen dari PDB. Namun, angkanya ditargetkan kembali menjadi paling tinggi 3 persen dari PDB pada 2023 mendatang.
Kepala negara menyatakan defisit anggaran 2022 akan dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman dan dikelola secara hati-hati, dengan menjaga keberlanjutan fiskal.
"Komitmen untuk menjaga keberlanjutan fiskal dilakukan agar tingkat utang dalam batas yang terkendali," imbuh dia.
Hingga semester I 2021, defisit APBN mencapai Rp283,2 triliun sepanjang semester I 2021. Angkanya melebar dari periode yang sama tahun lalu, Rp257,8 triliun.
Defisit terjadi karena realisasi penerimaan lebih rendah dari belanja pemerintah. Tercatat, kantong negara hanya terisi Rp886,9 triliun hingga akhir semester I 2021. Sementara, belanja negara sudah tembus Rp1.170,1 triliun per semester I 2021.