PT Pertamina (Persero) mencetak laba sebesar US$182,81 juta pada semester I 2021 atau setara Rp2,62 triliun (kurs Rp14.380 per dolar AS).
Pada periode yang sama tahun lalu, Pertamina mencatat kerugian senilai US$767,91 juta.
"Maka, Pertamina berhasil meningkatkan laba sebesar US$951 juta atau setara dengan Rp13,6 triliun," tutur Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman dalam siaran resmi, Senin (14/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir dari laporan keuangan perseroan, raihan laba tersebut ditopang oleh pertumbuhan penjualan. Tercatat, penjualan dan pendapatan usaha lainnya mencapai US$25,09 miliar. Angka itu naik dari sebelumnya US$20,48 miliar.
Rinciannya, penjualan dalam negeri dari minyak mentah, energi gas bumi, dan produk minyak sebesar US$18,88 miliar, naik dari sebelumnya US$16,56 miliar.
Lalu, penjualan ekspor juga naik mencapai US$3,47 miliar, naik dari sebelumnya US$1,76 miliar. Serupa, pendapatan usaha dari aktivitas lainnya naik menjadi US$589,56 juta dari sebelumnya US$414,80 juta.
Fajriyah menerangkan terjadi peningkatan volume penjualan BBM. Sampai dengan Juni 2021, permintaan BBM rata-rata tercatat 126 ribu KL per hari atau meningkat sekitar 8 persen dari Juni 2020 yang sekitar 116 ribu KL per hari.
Namun, angka tersebut masih lebih rendah sekitar 6 persen dari permintaan normal sebelum pandemi di 2019.
"Dari sisi penjualan di hilir, permintaan BBM berangsur pulih walaupun masih lebih rendah dari kondisi normal sebelum pandemi covid-19," katanya.
Selain itu, Pertamina juga mendapatkan penggantian biaya subsidi dari pemerintah, yakni US$2,13 miliar, bertambah dari sebelumnya US$1,73 miliar.
Namun, beban pokok penjualan dan beban langsung perusahaan minyak itu naik dari US$18,87 miliar menjadi US$22,53 miliar. Pertamina juga masih mencatatkan rugi selisih kurs sebesar US$114,53 juta.
Lihat Juga : |
Fajriyah mengatakan dampak pandemi yang berkepanjangan masih sangat dirasakan Pertamina sepanjang tahun ini. Dari global, harga minyak mentah masih berfluktuasi, sehingga mempengaruhi Indonesia Crude Price (ICP)
"Fluktuasi harga minyak mentah sangat berpengaruh pada kinerja Pertamina. Indonesia Crude Price (ICP) meningkat hampir 2 kali lipat dari US$36,5 per Juni 2020 dibanding US$70,06 per Juni 2021," katanya.
Sementara itu, liabilitas perseroan naik dari US$37,88 miliar menjadi US$41,06 miliar pada semester I 2021 lalu. Namun, raihan laba itu berhasil mendorong kenaikan aset perseroan dari US$69,14 miliar menjadi US$72,27 miliar.