PPKM, Penumpang Garuda Jeblok Jadi 2.000 per Hari

CNN Indonesia
Kamis, 19 Agu 2021 19:53 WIB
Garuda Indonesia menyebut jumlah penumpang jeblok menjadi hanya 2.000 orang per hari selama PPKM level diterapkan.
Garuda Indonesia menyebut jumlah penumpang jeblok menjadi hanya 2.000 orang per hari selama PPKM level diterapkan. (ANTARA FOTO/Ampelsa).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Garuda Indonesia (Persero) mengatakan jumlah penumpang jeblok menjadi hanya 2.000 orang per hari selama PPKM level diterapkan. Sebelum PPKM, rata-rata jumlah penumpang 12 ribu per hari.

"Saya tidak suka bilang dampak tapi saya sampaikan terbuka, beberapa minggu sebelum PPKM rata-rata penumpang 12 ribu per hari," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam paparan publik secara daring, Kamis (19/8).

Meski jeblok, tetapi Irfan menyebut angkanya masih lebih baik ketimbang Idul Fitri tahun ini. Jumlah penumpang pada Lebaran tahun ini hanya 700 orang per hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irfan memaparkan penurunan jumlah penumpang sudah terjadi sejak tahun lalu atau ketika pandemi mulai merebak di Indonesia. Total penumpang tahun lalu hanya 10,8 juta, turun 66,1 persen dari posisi 2018 yang mencapai 31,9 juta.

Alhasil, pendapatan perusahaan dari penumpang penerbangan berjadwal anjlok dari US$3,44 miliar pada 2019 menjadi US$929 juta pada 2020.

Begitu juga dengan pendapatan kargo dan dokumen penerbangan berjadwal turun dari US$326,9 juta menjadi US$271,6 juta.

Namun, pendapatan perusahaan dari charter penerbangan tidak berjadwal melonjak dari US$15,6 juta menjadi US$77,2 juta. Secara keseluruhan, Garuda Indonesia membukukan kerugian hingga US$2,47 miliar sepanjang 2020.

Sementara, Irfan berharap jumlah penumpang akan naik setelah penurunan harga tes PCR menjadi maksimal Rp495 ribu. Hal ini karena tes PCR menjadi syarat wajib penumpang yang hendak menggunakan moda transportasi pesawat untuk bepergian.

"Bila harga PCR turun, kami tentu saja berharap akan ada peningkatan jumlah penerbangan di kemudian hari," tutur Irfan.

Namun, ia mengatakan penurunan dan peningkatan jumlah penerbangan tak semata-mata disebabkan oleh harga tes PCR. Perkembangan kasus covid-19 di tempat tujuan dan kapasitas penerbangan juga mempengaruhi jumlah penerbangan.

"Kami pada dasarnya setuju untuk bersama-sama dengan pemerintah memastikan bahwa penyebaran covid-19 bisa menurun secara drastis," terang Irfan.

[Gambas:Video CNN]



(aud/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER