Ancaman Krisis Global Semakin Cepat, Tak Lagi Tiap 10 Tahun

CNN Indonesia
Jumat, 20 Agu 2021 13:27 WIB
Ekonom Indef Aviliani mengatakan ancaman krisis ekonomi yang melanda dunia belakangan ini semakin cepat. Bahkan siklusnya tidak tiap 10 tahun lagi.
Aviliani mengatakan dunia beberapa kali mengalami krisis. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan dunia beberapa kali mengalami krisis. Namun, fenomena baru yang diamatinya adalah jarak krisis tersebut semakin dekat sejak 2008 lalu.

"Jadi, kalau dulu orang bicara ekonomi itu 10 tahun sekali itu ada krisis ya. Tapi kalau kita perhatikan sejak 2008 itu makin lama, makin pendek (jarak) krisisnya," ujarnya dalam Webinar Outlook Perekonomian Global dan Indonesia, Jumat (20/8).

Sebagai gambaran, pada 2008 terjadi krisis keuangan global dan krisis minyak. Selang empat tahun kemudian di 2012, dunia kembali mengalami krisis ekonomi Eropa yang dipicu oleh besarnya utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa. Salah satunya, Yunani yang mencatat rasio utang terhadap PDB mencapai 107 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2013, ekonomi global diguncang taper tantrum, atau efek kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed dengan mengurangi pembelian obligasi treasury. Efeknya, terjadi aliran modal keluar dari sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia.

Dua tahun kemudian di 2015, kembali terjadi krisis minyak dunia akibat jatuhnya harga minyak dunia hingga level terdalam US$37 per barel. Padahal, posisi pada pertengahan 2014 yakni US$100 per barel.

Krisis harga minyak dunia masih berlanjut di 2018. Kondisi itu ditambah dengan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga hingga empat kali dalam setahun.

Lalu, pada 2019 terjadi perang dagang antara AS-China sehingga berdampak pada perdagangan global. Aviliani mengatakan sepanjang 2009-2019, gejolak ekonomi tersebut bersumber dari sektor keuangan, energi maupun perdagangan.

Namun, pada 2020 dunia menghadapi krisis akibat pandemi covid-19 hingga saat ini. Krisis pada sektor kesehatan ini melumpuhkan ekonomi dan sosial karena menekan kinerja baik dari sisi supply maupun demand.

Memandang perkembangan tersebut, ia menyarankan agar pemerintah menyusun rencana-rencana jangka pendek, di samping target jangka panjang. Sebab, ia menilai mayoritas pelaku ekonomi di berbagai negara belum mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan yang polanya kian cepat.

"Nah, di dalam kebijakan-kebijakan yang dilakukan itu kita selalu berpikir jangka panjang ya. Tapi kalau kita perhatikan dengan krisis yang makin lama makin pendek itu harus juga adaptif," tuturnya.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER