Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.370 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (30/8) sore. Posisi ini menguat 48 poin atau 0,33 persen dari Rp14.418 per dolar AS pada Selasa (24/8).
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.374 per dolar AS atau menguat dari Rp14.431 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama mayoritas mata uang lainnya. Hanya yen Jepang yang melemah 0,01 persen dari dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan ringgit Malaysia menguat 0,79 persen, rupee India 0,6 persen, baht Thailand 0,23 persen, won Korea Selatan 0,22 persen, peso Filipina 0,22 persen, yuan China 0,06 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru berada di zona merah. Franc Swiss melemah 0,45 persen, dolar Australia minus 0,23 persen, rubel Rusia minus 0,19 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,01 persen.
Hanya dolar Kanada yang menguat 0,03 persen. Sementara euro Eropa stagnan.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah hari ini terjadi berkat sinyal tapering dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Hal ini akan memberi potensi pengurangan likuiditas di pasar keuangan pada akhir tahun, sehingga melemahkan dolar AS.
"Dolar AS kembali melemah terhadap mata uang lainnya setelah pasar menanggapi pidato Gubernur The Fed Jerome Powell," ucap Ibrahim.
Selain itu, pasar keuangan global juga tengah menanti rilisnya sejumlah data ekonomi dari berbagai negara pada pekan ini. Mulai dari data ketenagakerjaan AS, data pembelian di China, hingga inflasi Eropa.
Di dalam negeri, pasar keuangan masih menanti pengumuman kelanjutan kebijakan PPKM yang akan diumumkan pada malam ini.