ANALISIS

KAI Butuh Modal Besar Jadi 'Bos' Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Kamis, 09 Sep 2021 07:42 WIB
KAI akan menjadi pemegang saham mayoritas di konsorsium proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Lantas, bagaimana kelanjutan proyek kereta cepat tersebut?
KAI akan menjadi pemegang saham mayoritas di konsorsium proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI akan menjadi pemegang saham mayoritas di konsorsium proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal ini berarti posisi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk akan digantikan oleh KAI.

Rencana ini dikemukakan oleh Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya. Menurut dia, KAI akan menambah modal di konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

PSBI adalah konsorsium yang berisi empat BUMN, yakni Wijaya Karya, KAI, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) atau PTPN VIII. Konsorsium ini memiliki 60 persen saham di operator proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, 40 persen saham KCIC digenggam oleh Beijing Yawan HSR Co.Ltd.

"Dari informasi yang kami terima, KAI akan menambah setoran modalnya ke PSBI. Dengan begitu tentu KAI akan menjadi pemegang saham terbesar," ungkap Mahendra kepada CNNIndonesia.com, Rabu (8/9) malam.

Saat ini, pemegang saham terbesar di PSBI adalah Wijaya Karya dengan komposisi 38 persen. Kemudian, KAI dan PTPN VIII masing-masing 25 persen, serta Jasa Marga 12 persen.

Jika KAI menjadi pemegang saham mayoritas, maka hak dan kewajiban KAI di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung semakin besar. Kewajiban untuk mengeluarkan modal semakin besar dan hak atas keuntungan juga besar.

Ketika dikonfirmasi, Vice President Corporate Public Relations KAI Joni Martinus enggan berbicara gamblang terkait rencana penambahan modal saham perusahaan di PSBI. Ia mengatakan informasi ini lebih baik dikonfirmasi ke Kementerian BUMN.

"Silakan dikonfirmasi ke humas Kementerian BUMN karena hal tersebut kewenangan pemerintah," ujar Joni.

Hal yang pasti, kata dia, KAI siap menjadi lead konsorsium jika diperintahkan oleh negara. Namun, ia enggan berbicara lebih banyak terkait rencana tersebut.

"Prinsipnya KAI siap mengikuti apa yang menjadi kebijakan pemerintah," jelas Joni.

Peneliti BUMN Research Group Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Toto Pranoto mengatakan perubahan komposisi saham mayoritas PSBI berkaitan dengan kinerja Wijaya Karya yang memburuk pada 2020 lalu.

"Wijaya Karya mengalami distress (kesulitan) karena efek pandemi (covid-19) yang menyebabkan kinerja 2020 merosot tajam. Untuk itu posisi leader konsorsium tidak bisa dipertahankan," ungkap Toto.

Mengutip laporan keuangan Wijaya Karya, laba bersih perusahaan anjlok dari Rp2,28 triliun menjadi Rp185,76 miliar pada 2020 lalu. Hal ini karena pendapatan turun dari Rp27,21 triliun menjadi Rp16,53 triliun.

Laba bersih Wijaya Karya semakin merosot pada semester I 2021. Tercatat, perusahaan hanya mengantongi keuntungan sebesar Rp83,41 miliar per Juni 2021, turun 66 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp250,41 miliar.

Namun, kinerja KAI juga tak lebih baik dari Wijaya Karya. Perusahaan justru mencatatkan rugi bersih sebesar Rp454 miliar pada semester I 2021.

Jumlah kerugian itu berkurang dari posisi semester I 2020 yang mencapai Rp1,33 triliun. Pendapatan perusahaan terlihat tergerus tipis dari Rp7,27 triliun menjadi Rp7,21 triliun.

Meski begitu, Toto menyebut pemerintah akan membantu KAI untuk menjadi pemegang saham mayoritas proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Menurutnya, pemerintah akan menambah suntikan penanaman modal negara (PMN) kepada KAI.

Maklum, KAI bukan hanya butuh modal tambahan untuk menambah porsi saham di PSBI, tapi juga untuk menambal biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang bengkak.

Memang tak semua ditanggung oleh KAI. Namun, sebagai calon pemegang saham mayoritas, tentu KAI harus siap-siap menambah modal lebih besar dari pemegang saham lain.

Berdasarkan hitungan konsultan KCIC, kebutuhan investasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak dari US$6,07 miliar menjadi US$8 miliar.

"Biaya bengkak proyek sebagai beban bagi KAI akan dibantu oleh pemerintah dengan tambahan PMN pada 2022," ujar Toto.

Toto menyebut perubahan komposisi saham di PSBI akan menimbulkan konsekuensi bagi KAI. Pasalnya, kas perusahaan akan terkuras banyak untuk proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang bersifat jangka panjang.

"Jadi pasti akan menimbulkan tekanan financing kepada KAI dalam beberapa tahun ke depan," kata Toto.

Namun, pemerintah seperti tak ada pilihan. Sebab, hanya KAI yang pantas menjadi pemegang saham mayoritas di proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung selain Wijaya Karya.

Anggota konsorsium lainnya, Jasa Marga adalah BUMN yang fokus pada proyek tol, sedangkan bisnis utama PTPN VIII di sektor perkebunan.

"Proyek ini terkait dengan pembangunan sarana dan prasarana, maka tugas ke KAI menjadi relevan. KAI adalah operator kereta api dan paham mengenai industri, serta kebutuhan teknisnya," jelas Toto.

[Gambas:Video CNN]



Stop atau Lanjut?

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER