Imbas Delta, Ekonomi Inggris Cuma Tumbuh 0,1 Persen Juli 2021
Pertumbuhan ekonomi Inggris hampir stagnan pada Juli 2021. Hal itu terjadi lantaran penyebaran covid-19 varian delta yang menyebar sangat masif usai pelonggaran penguncian wilayah (lockdown).
Kantor Urusan Statistik Nasional (ONS) mengungkapkan ekonomi hanya mampu naik 0,1 persen (month-to-month) pada Juli 2021. Ini merupakan pertumbuhan terkecil sejak awal tahun, saat pemerintah menetapkan lockdown secara nasional. Realisasi tersebut juga jauh di bawah periode yang sama tahun lalu di mana laju ekonomi mencapai 6,6 persen.
Mengutip Reuters, Jumat (10/9), capaian itu juga cukup mengejutkan mengingat ekonom sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi dapat menyentuh 0,6 persen.
Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak percaya ekonomi akan kembali tumbuh untuk pemulihan pascapandemi.
Perlambatan ekonomi yang terjadi turut menguatkan argumen pejabat Bank of England untuk tidak menarik stimulus yang diberikan meski tertekan inflasi.
Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan keterbatasan tenaga kerja, masalah rantai pasokan, hingga gangguan kebijakan Britain Exit (Brexit) menjadi masalah yang menekan pemulihan ekonomi nasional.
Pada Juli lalu, Britania Raya menghadapi peningkatan kasus covid-19 varian delta yang mengakibatkan ratusan ribu pekerja terpaksa mengisolasi diri.
ONS mengemukakan beberapa bisnis mengajukan keberatan atas kebijakan isolasi mandiri karena pekerja tidak bisa datang.
Sebagian besar sektor mengalami stagnasi pada Juli lalu dan pelayanan berbasis tatap muka turun untuk pertama kalinya sejak Januari. Kejatuhan ini dipimpin oleh sektor ritel.
Industri dapat berkembang hingga 1,2 persen dikarenakan dapat kembali beroperasi, sementara manufaktur masih terbaring lesu. Sementara konstruksi jatuh secara bulanan ke 1,6 persen.
Lihat Juga : |
Data menunjukkan pengeluaran masyarakat dengan menggunakan kartu pembayaran pada awal bulan ini naik hingga 99 persen seperti sebelum pandemi.
Lebih lanjut, ONS mengatakan perdagangan barang mengalami defisit hingga 12,7 miliar pound sterling. Ditambah dengan pelemahan ekspor ke Uni Eropa (EU) sebagai dampak kebijakan selepas Brexit.