Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.252 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (13/9) sore. Posisi ini melemah 50 poin atau 0,35 persen dari Rp14.202 per dolar AS pada Jumat (10/9).
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.260 per dolar AS atau melemah dari Rp14.225 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Rupiah melemah bersama semua mata uang Asia lainnya, mulai dari won Korea Selatan yang melemah 0,59 persen, baht Thailand minus 0,45 persen, ringgit Malaysia minus 0,32 persen, dan rupee India minus 0,24 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, peso Filipina melemah 0,21 persen, yuan China minus 0,16 persen, yen Jepang minus 0,16 persen, dolar Singapura minus 0,11 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Sementara mata uang utama negara maju bervariasi. Rubel Rusia menguat 0,28 persen dan dolar Australia 0,01 persen.
Tapi, franc Swiss melemah 0,4 persen, euro Eropa minus 0,2 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,15 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah terjadi karena indeks dolar AS menguat dari berbagai mata uang pada hari ini. Hal ini terjadi karena dolar AS mendapat sentimen positif dari ekspektasi pasar terhadap data inflasi AS.
Optimisme pasar muncul karena data indeks harga produsen tumbuh 0,7 persen secara bulanan dan 8,3 persen secara tahunan. Hal ini diyakini akan turut mengerek inflasi pada indeks harga konsumen.
Indikasi ini selanjutnya menguatkan ekspektasi pasar pada isu tapering dari bank sentral AS, The Federal Reserve. "Investor sekarang melihat ke data AS untuk petunjuk lebih lanjut tentang jadwal The Fed untuk memulai pengurangan aset," kata Ibrahim.