Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pangsa pasar bahan bakar nabati atau bioavtur 2,4 persen (J2.4) sebesar Rp1,1 triliun setiap tahun. Hal ini dengan perkiraan konsumsi avtur sekitar 14 ribu kilo liter per hari.
"Pangsa pasar J2.4 diperkirakan Rp1,1 triliun," ungkap Airlangga dalam Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235 Menggunakan Campuran Bahan Bakar Bioavtur 2,4 Persen, Rabu (6/10).
Ia menjelaskan pemerintah akan memberikan insentif pemotongan pajak berupa super deduction tax kepada korporasi yang terlibat dalam pengembangan campuran bahan bakar bioavtur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu dengan super deduction tax bisa dapatkan inovasi tax untuk korporasi yang mensponsori," ucap Airlangga.
Ia menyatakan insentif pajak itu bisa saja diberikan kepada PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PT Pertamina (Persero). Namun, hal itu tergantung siapa yang menjadi pemimpin pengembangan campuran bahan bakar bioavtur.
"Tergantung leading sectornya. Pemerintah bisa berikan hingga 300 persen," imbuhnya.
Diketahui, pesawat CN235 milik PTDI lakukan uji terbang perdana dengan menggunakan campuran bahan bakar nabati atau bioavtur 2,4 persen atau disebut J2.4 hari ini. Uji terbang dilakukan dari Bandung-Jakarta-Bandung.
Pesawat berangkat dari Bandara Husein Sastranegara menuju Bandara Soekarno Hatta. Kemudian, pesawat kembali ke Bandara Husein Sastranegara.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan pesawat telah dilakukan uji teknis pada 8-10 September 2021 lalu. Keberhasilan ini, kata Arifin, akan meningkatkan kontribusi penggunaan bioavtur ke depannya.
Sebagai informasi, proses pengembangan bioavtur dilakukan di unit treated distillate hydro treating (TDHT) refinergy unit (RU) IV Cilacap Pertamina. BUMN ini bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam mengembangkan produk bioavtur.
Pengembangan itu menghasilkan J2 atau 2 persen campuran bahan bakar bioavtur dan J2.4 atau 2,4 persen campuran bahan bakar bioavtur pada 2021.