Komisaris BEI Prediksi Pemilik Kripto Naik Jadi 20 Juta Orang

CNN Indonesia
Kamis, 07 Okt 2021 18:48 WIB
Komisaris BEI Pandu Sjahrir memperkirakan pemilik uang kripto naik dari sekitar 7,4 juta orang menjadi lebih dari 20 juta orang dalam 2-3 tahun mendatang.
Komisaris BEI Pandu Sjahrir memperkirakan pemilik uang kripto naik dari sekitar 7,4 juta orang menjadi lebih dari 20 juta orang dalam 2-3 tahun mendatang.(tangkapan layar pandusjahrir.com).
Jakarta, CNN Indonesia --

Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir memperkirakan jumlah pemilik mata uang kripto di Indonesia naik dari sekitar 7,4 juta orang per Juli 2021 menjadi lebih dari 20 juta orang dalam 2-3 tahun mendatang. Proyeksi ini merujuk pada tren investasi kripto yang melesat tinggi dalam beberapa waktu terakhir.

"Saya rasa dalam 2-3 tahun, ini bisa sampai 20 jutaan plus," ucap Pandu di acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) IX 2021, Kamis (7/10).

Kendati begitu, menurutnya, proyeksi ini membuat pemerintah, bank sentral, hingga regulator lain harus segera menyiapkan aturan mengenai uang kripto secara menyeluruh. Aturan ini bukan sekadar melihat kripto sebagai salah satu instrumen investasi, tapi juga alat pembayaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau sudah angka segitu, itu menjadi risk dalam sistem. Jadi harus ada regulator atau badan regulasi yang melihat ini secara khusus dan to be honest, belum banyak yang mengerti dan mendalami karena ini harus balik ke pelaku pasar juga untuk melihatnya," tuturnya.

Sementara sejauh ini, aturan soal uang kripto di Indonesia baru sebatas sebagai instrumen investasi saja, bukan alat pembayaran. Kondisi ini serupa dengan bank sentral di beberapa negara lain yang juga masih terus mengkaji soal kripto sebagai alat pembayaran.

Tapi, ada juga beberapa negara di dunia yang sudah memberi 'lampu hijau' bagi kripto sebagai alat pembayaran.

"China malah melihat karena mereka ingin membuat kripto sendiri dari renminbi, mereka akan membuat semacam uang kripto. Tapi jika ini dibilang currency, sejauh ini belum ada di bank sentral," imbuhnya.

Lebih lanjut, untuk Indonesia sendiri kripto hanyalah instrumen investasi, namun menurutnya, bukan investasi biasa karena memiliki risiko yang sangat tinggi. Alasannya, kripto sebagai investasi masih baru di tanah air.

Hal ini membuat masih banyak orang yang sebenarnya belum benar-benar mempelajari kripto, baik dari sisi teknologi blockchain hingga underlying kripto itu sendiri.

"Secara garis besar, bisa dibilang ini high risk. Tapi berapa persentasenya untuk diinvestasikan? Semua orang berbeda-beda," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER