Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan negara-negara di Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) tidak mau lagi membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri berbasis batu bara. Pasalnya, komoditas itu menggunakan energi fosil yang tidak ramah lingkungan.
"Semua nanti ke depan, 10 tahun lagi, yang namanya Uni Eropa, Amerika Serikat, akan mulai mereka tidak mau membeli barang yang dihasilkan dari industri yang menggunakan misalnya batu bara, sudah tidak mau lagi," ucap Jokowi di di acara Pengarahan Presiden kepada Peserta PPSA XXIII Lembaga Ketahanan Nasional di Istana Negara, Rabu (13/10).
Untuk itu, menurutnya, sudah seharusnya Indonesia melakukan transisi energi dari fosil ke hijau. Mulai dari penggunaan energi untuk industri hingga energi yang dihasilkan oleh industri itu sendiri, semuanya harus serba energi hijau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ia mengklaim pemerintah sendiri sudah mulai memikirkan hal ini. Salah satunya dengan membangun kawasan industri hijau (green industrial park) seluas 20 ribu hektare di Kalimantan Utara.
Rencananya, kawasan industri ini akan menggunakan sumber energi hijau dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA). PLTA akan memanfaatkan aliran Sungai Kayan.
"Ini produk keluarannya adalah produk hijau, energinya dengan energi hijau, semuanya EBT (energi baru terbarukan), hasil produknya dari kawasan industri ini, itu produk hijau," ujarnya.
Lebih lanjut, Jokowi mengklaim kawasan industri ini sudah banyak dilirik oleh investor. Mereka ingin mengalirkan investasi dan ikut mengembangkan energi hijau di tanah air.
"Ini nanti yang pertama di dunia, kita mau memiliki 20 ribu hektare green industrial park. Yang memesan kawasan ini sudah banyak yang antre, karena mereka tahu ini energinya adalah energi hijau," tandasnya.