Bank Indonesia (BI) menilai perkembangan digitalisasi pada ekonomi dan keuangan syariah, khususnya pada transaksi produk halal dapat membantu pemulihan ekonomi negara-negara di dunia. Begitu pula bagi Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim.
"Maka dari itu, digitalisasi harus dibangun untuk menciptakan ekosistem bagi kemajuan ekonomi dan keuangan Islam kita," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di acara The 13th International Conference on Islamic Economics and Finance (13-ICIEF), Senin (25/10).
Pengembangan digitalisasi ini, sambungnya, sangat mungkin menyasar transaksi produk halal yang cukup besar di Indonesia, misalnya perdagangan makanan dan minuman halal, fesyen, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Menurutnya, pengembangan digitalisasi pada transaksi produk halal perlu dilakukan karena tren pembayaran online atau elektronik juga tengah meningkat di era pandemi covid-19. Tercatat, pertumbuhan transaksi online meningkat sekitar 20 persen secara tahunan di Indonesia.
Selain mengembangkan digitalisasi, Perry juga menilai Indonesia bisa memperoleh pemulihan ekonomi dari aktivitas ekonomi yang berbasis ajaran Islam. Misalnya, zakat, wakaf, infaq, sodaqoh, dan lainnya.
"Tidak hanya dengan skema ekonomi yang sudah ada, tapi juga dengan memobilisasi zakat, wakaf, sodaqoh, dan lainnya untuk mengoptimalkan progres dari ekonomi dan keuangan Islam," katanya.
Lihat Juga :REKOMENDASI SAHAM Pilihan Saham Potensi Cuan Pekan Ini |
Lebih lanjut, ia mengatakan bank sentral nasional dan pemerintah pun terus berusaha memobilisasi instrumen ekonomi Islam tersebut. Apalagi, potensi zakat, wakaf, dan lainnya di Indonesia sangat besar karena mayoritas penduduk muslim.
"Kita berusaha memobilisasi zakat, wakaf, infaq, sodaqoh, dan lainnya untuk meningkatkan ekonomi dan keuangan Islam dan juga industri produk halal," pungkasnya.