Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang terkena pukulan telak akibat pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 1,5 tahun. Pembatasan kegiatan yang diberlakukan pemerintah justru memicu inovasi dalam hal percepatan digitalisasi dunia usaha.
Adapun upaya digitalisasi yang dilakukan UMKM awalnya untuk bisa bertahan hidup di masa pandemi justru dinilai dapat bermanfaat secara jangka panjang. Bahkan digitalisasi dapat mendorong UMKM naik kelas. Namun upaya digitalisasi UMKM membutuhkan kolaborasi dengan agregator dan inkubator.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari menyatakan, sejak awal pandemi telah dilakukan pendataan untuk mengetahui permasalahan riil yang dihadapi UMKM di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil pendataan tersebut menjadi referensi desain program pemulihan ekonomi nasional pada klaster UMKM. Tidak dapat dimungkiri, pembatasan kegiatan dan mobilitas memang menjadi tantangan bagi UMKM saat pandemi.
Dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Kamis (28/10), Fiki menjelaskan, seluruh upaya mitigasi dilakukan guna mendorong UMKM terus bergerak. Di antaranya dengan pemberian stimulus bantuan dan digitaliasi.
Selain itu terdapat banyak pendekatan lain dapat dilakukan dengan digitalisasi UMKM. Yakni terkait kegiatan mendapatkan suplai, pengembangan bisnis internal, analisa data, juga logistik.
Sedangkan dalam pelaksanaannya, kata Fiki, upaya memobilisasi pelaku UMKM ke ranah digital harus dilakukan berdasarkan level usaha atau area usahanya.
"Sebagai contoh Usaha Mikro seperti pedagang pasar basah, diharapkn masuk dulu ke platform digital melalui e-katalog di media sosial. Usaha Kecil dapat didorong masuk ke e-commerce lokal atau yang bersifat homogen, sedangkan Usaha Menengah dapat didorong masuk ke e-commerce nasional bahkan global," ujar Fiki.
Fiki juga menegaskan perlunya melakukan kemitraan dengan pihak agregator (pihak yang menghimpun dan menghubungkan) dan inkubator (pihak yang membantu membesarkan perintis usaha), agar dapat menjadi semacam lokomotif penarik dan penggerak gerbong UMKM menuju digitalisasi.
Di sisi lain pemerintah juga terus berupaya mempermudah dan melindungi UMKM dalam negeri melalui berbagai kebijakan. Di antaranya, kebijakan dalam hal logistik untuk menekan ongkos kirim. Serta kesepakatan dengan e-commerce tertentu untuk pembatasan 13 kategori produk yang tidak boleh lagi diimpor oleh e-commerce crossborder (perdagangan daring lintas perbatasan negara).
Salah satu agregator UMKM dalam hal digitalisasi adalah Credibook. CEO Credibook Gabriel Frans menjelaskan pihaknya membantu literasi digital UMKM dalam hal pembuatan catatan keuangan digital dan pengadaan rantai pasok secara daring.
Gabriel menekankan, untuk digital literasi, tidak semua orang bisa langsung masuk tahap analisa marketing atau data, melainkan harus selangkah demi selangkah sesuai kemampuan masing-masing. Dalam hal ini, pihaknya melakukan pendekatan literasi teknologi dan literasi finansial, dengan aktif mengadakan edukasi dan merangkul pelaku UMKM di berbagai kota.
Pada kesempatan yang sama, CEO Kaya.ID Nita Kartikasari mengatakan bahwa salah satu kesulitan utama UMKM saat pandemi adalah branding dan marketing. Karena biasanya pelaku UMKM melakukan usahanya tersebut secara tatap muka.
Nita menjelaskan, UMKM yang tergabung dalam inkubasinya selalu diharapkan optimis dan yakin bisa bersaing. Menurutnya UMKM dengan pola pikir dan visi seperti itu yang biasanya akan mampu berkembang.
Beberapa hal yang ditekankan Nita bagi pelaku UMKM, yakni melakukan branding atau setidaknya memberi nama dan label pada produk agar konsumen mudah mengaksesnya, memilih e-commerce yang tepat untuk memasarkan produk, serta harus ada di mana konsumen berada.
Dalam dialog tersebut, CEO Restoku, Ageng Sajiwo juga menggarisbawahi pentingnya memahami pasar dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pasar.
"Selain itu adalah adaptasi. Rata-rata masalah pelaku UMKM bisa dibilang adalah terlambat beradaptasi. Jangan takut, jangan ragu belajar. Banyak layanan-layanan seperti kami yang memberikan edukasi terkait digitalisasi," ujarnya.
Diketahui, pemerintah menargetkan 30 juta UMKM masuk ke ekosistem digitalisasi pada 2024. Didorong akselerasi digital selama pandemi, program dan kebijakan pemerintah, serta didukung kolaborasi bersama generasi muda agregator dan inkubator digitalisasi UMKM, diharapkan target tersebut akan tercapai dan pemulihan ekonomi UMKM segera terwujud.
(osc)