PMI Indonesia Cetak Rekor Baru 57,2 per Oktober 2021

CNN Indonesia
Senin, 01 Nov 2021 17:25 WIB
Indikator aktivitas manufaktur purchasing managers index (PMI) tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah 57,2 pada Oktober 2021.
Indikator aktivitas manufaktur purchasing managers index (PMI) tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah 57,2 pada Oktober 2021. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memaparkan indikator aktivitas manufaktur purchasing managers index (PMI) tembus ke rekor terbaru, yakni 57,2 pada Oktober 2021. Angkanya naik dari bulan sebelumnya yang berada di level 52,2.

Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan PMI Indonesia semakin baik dari waktu ke waktu. Kenaikan sudah terjadi sejak Agustus 2021, di mana saat itu PMI Indonesia berada pada level 43,7.

"Angka tersebut menggambarkan kondisi usaha yang terus membaik di seluruh sektor manufaktur Indonesia," ungkap Febrio dalam keterangan resmi, Senin (1/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan penurunan kasus covid-19 membuat pemerintah dapat melonggarkan kebijakan PPKM. Dengan demikian, aktivitas sektor manufaktur meningkat pada Oktober 2021. Sebagai catatan, PMI di atas 50 menggambarkan industri berada pada tahap ekspansif.

Febrio memaparkan rata-rata kasus harian sebesar 523 kasus dengan total 12.318 kasus aktif pada 31 Oktober 2021. Sementara, rata-rata vaksinasi harian sebanyak 2 juta suntikan per hari.

Selain itu, realisasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 juga terus meningkat. Febrio menjabarkan realisasinya tercatat Rp433,91 triliun atau 58,3 persen per 22 Oktober 2021.

"Output dan permintaan baru mencatatkan rekor pada Oktober seiring dengan membaiknya situasi covid-19," ujar Febrio.

Meski begitu, permintaan ekspor baru masih terkontraksi. Hal itu lantaran hambatan pengiriman di lapangan.

Menurut Febrio, perusahaan manufaktur telah memperluas kapasitas operasi dengan menaikkan jumlah tenaga kerja untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir.

"Namun demikian, akumulasi penumpukan pekerjaan masih sedikit meningkat karena kenaikan tenaga kerja belum dapat menutupi tingginya kenaikan permintaan," jelas Febrio.

Sementara, stok barang jadi menurun karena lonjakan permintaan. Kurangnya pasokan menyebabkan terjadinya inflasi input dalam delapan bulan terakhir.

"Kenaikan inflasi input ini membuat perusahaan meneruskan sebagian beban biaya kepada klien sehingga biaya output juga tercatat meningkat, meski lebih lambat dibandingkan September," kata Febrio.

[Gambas:Video CNN]



 

(aud/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER