Pertumbuhan ekonomi Thailand menyusut 0,3 persen secara tahunan pada kuartal ketiga 2021. Sebelumnya, ekonomi negeri Gajah Putih terkontraksi 6,4 persen pada kuartal III 2020 dan tumbuh 7,5 persen pada kuartal II 2021.
Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand (NESDC) menyatakan penurunan laju ekonomi ini terjadi akibat penyebaran Covid-19 varian delta.
Hal ini membuat pemerintah kembali memberlakukan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat, sehingga mempengaruhi kinerja ekonomi negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah-langkah untuk mengendalikan wabah mempengaruhi kegiatan ekonomi," kata Sekretaris Jenderal NESDC Danucha Pichayana, seperti dikutip dari AFP, Senin (15/11).
Berdasarkan sektor, industri jasa makanan dan akomodasi anjlok 18,6 persen pada Juli-September 2021. Hal ini terjadi karena penurunan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan pengeluaran rumah tangga di restoran.
Kendati begitu, NESDC berharap pertumbuhan ekonomi Thailand bisa pulih sejalan dengan pelonggaran aturan pembatasan. Salah satunya, izin pembukaan restoran.
Selain itu, pemerintah setempat juga sudah membuka pintu masuk Thailand bagi turis asing yang sudah divaksinasi sejak 1 November 2021. Harapannya, hal ini bisa membuat pertumbuhan ekonomi menyentuh 1,2 persen pada akhir tahun.
Sementara untuk tahun depan, proyeksinya ekonomi bisa tumbuh di kisaran 3,5-4,5 persen. Proyeksi ini berasal dari asumsi jumlah turis yang masuk ke Thailand bisa mencapai 5 juta orang dan menyumbang pendapatan di sektor ini mencapai US$13,4 miliar atau setara Rp190,28 triliun (kurs Rp14.200 per dolar AS).
Sebagai informasi, jumlah kasus Covid-19 di Thailand mencapai lebih dari 2 juta kasus dengan angka kematian mencapai lebih dari 20 ribu orang sampai saat ini. Sumbangan kasus terbanyak terjadi saat varian delta menyebar.