RI Kekurangan SDM TIK di Tengah Potensi Ekonomi Digital Rp1.897 T
Plt Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam menyatakan terdapat talent gap atau kesenjangan antara SDM di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) dengan pesatnya permintaan di Indonesia.
Ia memperkirakan setiap tahunnya dibutuhkan pekerja di bidang teknologi sebesar 600 ribu orang. Sementara, dari total 4.000 kampus di Indonesia hanya 20 persennya saja yang memiliki program studi TIK.
Secara kasar, dengan menghitung setiap angkatan yang berjumlah 1 juta orang dan sekitar 15 persen-20 persen yang lulusan TIK, maka ia mengestimasikan setiap tahunnya jumlah SDM yang bisa dihasilkan adalah sebesar 150 ribu-200 ribu orang.
Artinya, masih terdapat talent gap sekitar 400 ribu-450 ribu setiap tahunnya. Padahal, kebutuhan tenaga untuk menunjang kegiatan ekonomi digital terus berkembang pesat.
"Terdapat estimasi yang cukup besar dari 100 ribu-600 ribu pekerja digital setiap tahun yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan digital ekonomi," jelasnya pada diskusi Katadata Indonesia bertajuk Talent Gap in Digital Economy, Selasa (23/11).
Eks Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN sekaligus Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kadin Indonesia Bambang Brodjonegoro menyebut dari 270 juta penduduk RI, sekitar 185 juta di antaranya merupakan pengguna internet.
Kendati punya kolam kandidat yang besar, namun ia menilai tak mudah mengkonversi pengguna internet menjadi SDM di bidang teknologi.
"Kebutuhan atau beban untuk mengedukasi atau mengarahkan pengguna internet savvy menjadi talenta digital akan sangat menantang," ujar dia.
Dengan estimasi ekonomi digital Indonesia bakal tumbuh menjadi US$133 miliar atau Rp1.897 triliun (Kurs Rp14.266 per dolar AS) pada 2025 mendatang, ia menyebut besarnya kebutuhan industri bisa menjadi insentif tersendiri untuk calon pekerja di bidang ini.
Secara lebih rinci ia memprediksi untuk bidang e-commerce pada 2023 nanti tumbuh 9,3 persen dengan nilai uang yang beredar US$16,33 miliar.
Saat pekerja lokal tidak bisa memenuhi permintaan SDM ahli di bidang teknologi, Bambang menilai para perusahaan mau tak mau harus mempekerjakan talenta dari luar negeri agar tak tertinggal oleh tren global. Karena itu, ia mengatakan pemerintah dan industri harus segera mencari solusi kelangkaan SDM TIK.
"Saya pikir faktanya sangat tepat kalau kita punya 600 ribu talent gap antara permintaan dan pasokan dan pada 2030 kita akan membutuhkan lebih dari 17 juta pekerja digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital," pungkasnya.
Lihat Juga : |