Nilai Ekonomi Nikel Naik 11 Kali Lipat Bila Berwujud Mobil Listrik

CNN Indonesia
Kamis, 02 Des 2021 11:20 WIB
Kementerian Investasi menyebut nilai ekonomi nikel naik 6,7 kali lipat jika nikel berubah menjadi baterai mobil listrik dan 11 kali jika berwujud utuh mobil listrik. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sekretaris Kementerian Investasi/BKPM Ikmal Lukman mengatakan nilai tambah ekonomi komoditas nikel bisa naik sampai 11 kali lipat jika dikembangkan melalui hilirisasi menjadi mobil listrik. Peningkatan nilai tambah ini berasal dari penjualan di domestik maupun ekspor ke luar negeri.

"Kalau kita olah, kita tingkatkan menjadi mobil listrik, maka akan ada peningkatan nilai tambah 11 kali. Kita bisa bayangkan, ekspor kita yang tadinya cuma 100 langsung meningkat 11 kalinya dari 100 tersebut," ujar Ikmal di forum diskusi virtual bertajuk Peduli Lingkungan melalui Investasi Mobil Listrik, Rabu (1/12).

Ikmal mengatakan peningkatan nilai tambah nikel juga bisa didapat dari hilirisasi nikel menjadi prekursor atau katoda, yakni mencapai 3,1-5,5 kali lipat. Sementara, bila menjadi baterai listrik, nilai tambahnya naik menjadi 6,7 kali.

"Bayangkan kita bisa tadinya mengekspor nikel nilainya 100, kalau kita olah menjadi baterai cell, maka nilainya menjadi 670 persen," jelasnya.

Karena itu, lanjut dia, pemerintah berusaha mendorong hilirisasi nikel dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi. Dorongan ini diberikan lewat berbagai kebijakan, misalnya fasilitas libur pajak (tax holiday) bagi industri hilirisasi nikel.

Kemudian, pembebasan pungutan cukai, kemudahan dan percepatan lisensi, insentif tarif, dan lainnya. Tidak ketinggalan, pemerintah turut menyediakan kawasan khusus untuk hilirisasi nikel, misalnya di Morowali.

Adapula kawasan industri khusus yang dibangun untuk baterai dan mobil listrik, misalnya Kawasan Industri Batang di Jawa Tengah. Selain itu, pemerintah juga memberikan kebijakan pendukung berupa larangan ekspor nikel mentah.

Harapannya, hal ini bisa membuat seluruh produksi nikel di dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan industri hilirisasi.

Di sisi lain, Ikmal mengatakan Indonesia perlu memproduksi mobil listrik karena tren otomotif global sudah bergeser dari mobil berbahan bakar minyak (BBM) menjadi mobil listrik.

Beberapa negara bahkan sudah memproduksi mobil listrik dalam jumlah besar, misalnya Amerika Serikat, China, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara di Eropa. Mereka juga kerap memberikan subsidi pada produksi mobil listrik untuk semakin mempercepat produksi.

"Ini fenomena global yang mau tidak mau harus kita lalui, ini tantangan buat kita," pungkasnya.



(uli/bir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK