Didi, Transportasi Daring China Angkat Kaki dari Bursa Saham AS

CNN Indonesia
Jumat, 03 Des 2021 19:23 WIB
Didi, perusahaan teknologi transportasi daring China, berencana keluar dari bursa saham AS. Sebagai gantinya, perusahaan akan IPO di bursa saham Hong Kong.
Didi, perusahaan teknologi transportasi daring China, berencana keluar dari bursa saham AS. Sebagai gantinya, perusahaan akan IPO di bursa saham Hong Kong. (AFP/STR).
Jakarta, CNN Indonesia --

Didi, perusahaan teknologi China, mengumumkan rencananya keluar dari bursa saham (delisting) Amerika Serikat (AS). Sebagai gantinya, perusahaan akan melantai di bursa saham Hong Kong.

"Setelah studi yang cermat, perusahaan akan segera mulai delisting di New York Stock Exchange (NYSE), dan memulai persiapan untuk listing di Hong Kong," tutur perusahaan melalui akun resmi Weibo, seperti dikutip dari CNN Business, Jumat (3/12).

Dalam pernyataan terpisah, perusahaan ride-hailing itu mengatakan bahwa dewan direksi telah memberi wewenang kepada perusahaan untuk mengajukan delisting di New York.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dewan akan menyelenggarakan rapat pemegang saham untuk memberikan suara mengenai masalah itu di waktu yang tepat sesuai dengan prosedur yang diperlukan.

Pengumuman itu datang hanya lima bulan setelah Didi melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering(IPO) di AS dengan perolehan US$4,4 miliar atau setara dengan Rp63,4 triliun (kurs Rp14,418). Sayangnya keputusan itu berubah menjadi kemalangan bagi perusahaan.

Pasalnya, tidak lama setelah IPO harga saham Didi jatuh ketika Pemerintah China menindak perusahaan tersebut dan akan melarang Didi dari dari toko aplikasi di China karena melanggar undang-undang privasi dan menimbulkan risiko keamanan siber.

Keputusan Pemerintah China terhadap Didi secara luas dilihat sebagai hukuman atas aksi korporasi perusahaan di luar negeri. Selain itu, otoritas China mengusulkan agar perusahaan yang memiliki data lebih dari 1 juta pengguna, melakukan persetujuan terlebih dahulu sebelum listing di luar negeri.

Saham perusahaan sekarang bernilai sekitar setengah dari harga IPO US$12 atau sekitar Rp172,9 ribu per sahamnya yang menimbulkan kerugian hampir US$30 miliar atau sekitar Rp432,3 triliun dalam kapitalisasi pasar.

Tekanan terhadap perusahaan China yang berdagang di bursa saham AS bukan hanya dari Beijing. Washington juga memperketat sekrup pada perusahaan-perusahaan dari negeri tirai bambu.

Pada Kamis (2/12), Komisi Sekuritas dan Bursa AS menyelesaikan aturan yang memungkinkannya untuk menghapus perusahaan asing yang menolak untuk membuka pembukuan mereka kepada regulator AS. China telah bertahun-tahun menolak audit AS terhadap perusahaannya, dengan alasan masalah keamanan nasional.

Aturan baru tersebut dapat memiliki konsekuensi luas bagi banyak perusahaan China yang melantai di bursa saham AS, termasuk Alibaba (BABA), JD.com (JD) dan Baidu (BIDU). Ketiga perusahaan itu juga sudah berdagang di bursa Hong Kong.

Putusan Didi tersebut juga mengguncang perusahaan teknologi China lainnya. Saham perusahaan e-commerce JD.com anjlok lebih dari 5 persen, sedangkan Alibaba kehilangan 3 persen. Baidu juga turun 3 persen. Perusahaan game dan musik online NetEase, yang juga berdagang di New York, turun 5,4 persen.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER