Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum menempatkan proteksi diri sebagai prioritas kehidupan. Padahal, proteksi diri diperlukan mengingat segala kemungkinan, risiko, hingga kerugian yang bisa terjadi kapanpun, secara tak terduga.
Padahal, berbagai potensi risiko tersebut dapat diantisipasi lewat asuransi untuk menekan kerugian finansial yang mungkin terjadi. Terlebih, asuransi itu kini mudah didapatkan.
"Memang masih banyak salah persepsi terkait asuransi terutama asuransi umum. Masyarakat masih banyak yang enggan memiliki asuransi karena premi yang dibayarkan tidak sesuai dengan klaim. Proses klaim yang lama seolah berbelit," ujar Fankar Umran, Direktur Utama PT BRI Asuransi Indonesia atau dikenal dengan BRI Insurance.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fankar mengakui, perbedaan asuransi jiwa dan asuransi umum memang belum banyak diketahui masyarakat luas.
Menurutnya, asuransi jiwa adalah proteksi yang khusus berkaitan dengan jiwa. Sementara asuransi umum, yaitu segala proteksi yang mengcover di luar dari proteksi jiwa seperti asuransi kendaraan, kebakaran, perjalanan, hingga lingkungan.
"Asuransi umum itu lebih simple. Misalnya seseorang mengasuransikan kendaraan senilai Rp500 juta. Selama dalam perjanjiannya tercover, maka klaimnya pasti diganti. Sebaliknya, jika dalam perjanjian tidak tercover ya tidak diganti. Maka dari awal harus benar-benar teliti dengan perjanjian sebelum membeli asuransi," ujarnya.
Dia mengatakan, faktor tersebut menjadikan masyarakat enggan menjadikan asuransi sebagai prioritas proteksi diri untuk masa depan. BRI Insurance pun putar otak, berupaya memberi literasi agar masyarakat perlahan mengerti akan pentingnya asuransi umum.
Saat ini, BRI Insurance disebut menyasar kalangan milenial sebagai target pasar perusahaan, seiring jumlah penduduk di Indonesia yang tengah didominasi kalangan anak muda produktif. Fankar menyadari, perlu dilakukan inovasi yang menyesuaikan perkembangan kondisi sekarang.
BRI Insurance, kata dia, menyediakan berbagai kemudahan kepada kalangan muda melalui berbagai produk asuransi yang dimiliki perusahaan, sekaligus sambil mengubah persepsi yang kurang bagus tentang asuransi.
"Selama ini nasabah asuransi banyak yang usianya matang. Jadi kami masuk ke anak muda karena mereka segmen paling banyak. Cara yang kami lakukan bagaimana agar mereka mudah menjangkau produk-produk kami yaitu dengan aplikasi yang sesuai dengan mereka," ujar Fankar.
Salah satu inovasi yang dilakukan BRI Insurance itu memanfaatkan langkah digitalisasi dan kustomisasi produk asuransi, yang bertujuan memberikan kenyamanan dan kemudahan kepada nasabah.
Sebagai contoh, saat ini nasabah asuransi BRI Insurance bisa mendapatkan fasilitas untuk mengangsur pembayaran premi. Selain itu, nasabah bisa membeli produk asuransi sesuai waktu yang diinginkan, serta sesuai kemampuan yang dimiliki.
"Dengan adanya digitalisasi melalui aplikasi BRI Insurance, nasabah kini bisa beli produk asuransi sesuai keinginan. Misal beli asuransi rumah atau kendaraan untuk setahun, setengah tahun atau sebulan, bahkan harian juga bisa," kata Fankar.
Dia menyebut, BRI Insurance memiliki sejumlah produk unggulan yang disesuaikan dengan segmentasi, seperti asuransi untuk korporasi, pelaku usaha menengah, dan yang saat ini sebagai fokus perusahaan, yakni kepada para pelaku usaha mikro. Dii tengah situasi saat ini, pelaku usaha mikro disadari menjadi salah satu tumpuan perekonomian negara karena berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB).
Fankar menilai, perlindungan terhadap pelaku usaha mikro harus dilakukan secara optimal.
"Oleh karena itu ketika kami memproteksi pelaku usaha mikro, itu berarti sedang memproteksi ekonomi. Makanya kami berikan literasi dan produk kepada mereka sekaligus mem-back up mereka untuk masa depan mereka juga," katanya.
Selain itu, BRI Insurance juga telah menginisiasi beberapa produk greensurance atau asuransi hijau di Indonesia. Produk asuransi tersebut diprioritaskan kepada orang-orang atau masyarakat yang peduli lingkungan.
"Dunia saat ini sudah fokus ke sustainability, di mana perusahaan harus masuk ke sana. Dan kami pun masuk ke sana, di mana risiko climate change sudah masuk risiko tinggi dunia. Makanya kami ada produk asuransi yang terkait dengan lingkungan," ujarnya.
Fankar menegaskan, dengan hadirnya BRI Insurance ke asuransi ramah lingkungan, menjadikan perusahaan bukan hanya mengejar benefit, melainkan memberikan manfaat untuk banyak pihak.
Sebagai pucuk pimpinan di perusahaan, Fankar mengungkapkan bahwa dia ingin memberikan contoh yang baik; bukan hanya untuk dirinya dan lingkungan sekitar, tetapi juga kepada masyarakat secara luas.
"Saya punya prinsip triple bottom line yakni 3P, yaitu people, planet, dan prosperity. Bagaimana seorang pemimpin dalam keberadaannya mendapatkan manfaat bukan hanya untuk sendiri dan perusahaan tapi untuk lingkungan sekitar," ujarnya.
Filosofi tersebut, masih terus dilakukan Fankar terhadap lingkungan sekitarnya. Sementara untuk menjaga dan merawat BRI Insurance sebagai perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia, dia juga tak berhenti mengadakan inovasi dan penyesuaian berkolaborasi dengan karyawan.
Tak jarang, Fankar turun tangan sendiri mendengarkan aspirasi dari para karyawan demi mendapatkan berbagai ide segar untuk kemajuan perusahaan. Apalagi, kata dia, sebagian besar karyawan terdiri dari kalangan anak muda yang memiliki banyak potensial.
"Saya harus berikan kesempatan kepada mereka. Bagaimana cara mereka berpikir dan saya harus menghargai. Maka dari itu, sebagai leader, saya turun ke bawah. Menyediakan waktu untuk mendengar aspirasi dan inspirasi. Saya harus ada saat dibutuhkan. Memberikan solusi dan menciptakan lingkungan yang kondusif," kata Fankar.
(mik/rea)