REKOMENDASI SAHAM

Pilihan Saham Kinclong di Tengah Ramai Sentimen Asing

CNN Indonesia
Senin, 06 Des 2021 06:50 WIB
Analis memperkirakan sejumlah saham tetap menarik dikoleksi pekan ini meski pasar diramaikan oleh sentimen asing. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari).
Jakarta, CNN Indonesia --

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 45,31 poin atau 0,69 persen ke 6.538 pada akhir perdagangan Jumat (3/12) pekan lalu. Investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell senilai Rp545,13 miliar.

Sementara itu, dalam sepekan indeks mengalami penurunan sebanyak 3 kali dan naik sebanyak dua kali, sehingga performa indeks masih melemah hingga minus 0,35 persen dalam seminggu terakhir.

Dikutip dari situs IDX, Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono mengatakan pekan lalu indeks ditutup bervariasi. Walau masih alami penurunan, rata-rata volume transaksi harian indeks justru naik hingga dari 5,11 miliar saham menjadi 22,99 miliar saham.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa juga naik hingga 5,74 persen dari Rp14,47 triliun menjadi Rp15,30 triliun. IHSG selama sepekan turun 2,36 persen dan menduduki posisi 6.538 dari 6.561 atau turun 0,35. Sementara investor asing juga membukukan beli bersih sepanjang tahun sebesar Rp35,47 triliun.

"Sedangkan, kapitalisasi pasar bursa mengalami perubahan 0,30 persen menjadi Rp8.098,623 triliun dari Rp8.123,099 triliun pada penutupan pekan lalu," tulis Yulianto dalam keterangan resmi, Jumat (3/12).

Pengamat Pasar Modal Riska Afriani mengatakan dalam sepekan ke depan indeks akan alami penguatan dalam ruang yang terbatas. Ini diperkirakan disebabkan oleh sentimen luar negeri yang ramai terjadi saat ini.

"Sentimen terbesar masih berasal dari tingginya inflasi Amerika Serikat (AS) dan penyebaran virus omicron," kata Riska kepada CNNIndonesia.com, Minggu (5/12).

Inflasi yang kini terjadi di Amerika Serikat diklaim sebagai yang terbesar dalam 30 tahun sejarah keuangannya. Tercatat, nilainya sudah menembus 6 persen. Hal ini membuat investor cenderung bersikap hati-hati dan beralih ke aset yang lebih aman.

Akibat inflasi AS, indeks dalam negeri juga alami guncangan. Pasalnya tingginya inflasi akan menimbulkan kebijakan yang baru di setiap negara. Nilai tukar rupiah juga dinilai alami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir.

Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) juga membuat kenaikan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan. Hal ini membuat pelaku pasar asing lebih cenderung menarik dana dari bursa saham Tanah Air.

Ia pun mengklaim bahwa masa-masa seperti ini membuat investor enggan melakukan transaksi, sebab investor dinilai relatif tidak menyukai ketidakpastian.

Dalam situasi seperti ini, Riska menyarankan agar investor melakukan average down terhadap saham yang potensial. Ia menilai penurunan IHSG sudah terjadi pada tahun lalu, sehingga investor diminta untuk tidak panik.

Riska justru melihat potensi IHSG ke depan akan berbalik arah, setelah penyebaran virus covid-19 terkendali. Ia pun mengatakan IHSG akan kembali bangkit apabila pertumbuhan ekonomi dalam negeri semakin baik.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Pilihan Saham


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :