Bitcoin Semakin Diburu, Aktivitas Digital Pencarian Kripto Meningkat

CNN Indonesia
Selasa, 07 Des 2021 17:36 WIB
Datamaya Consulting melansir aktivitas digital pemburu bitcoin meningkat di mesin pencarian Google maupun media sosial. (iStockphoto).
Jakarta, CNN Indonesia --

Datamaya Consulting, perusahaan konsultan digital agency, melansir aktivitas digital pemburu bitcoinkripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, meningkat. Aktivitas digital tersebut tercermin di mesin pencarian Google hingga media sosial.

Memang, Project Manager Datamaya Consulting Hendra Lim membenarkan popularitas kripto, khususnya bitcoin Indonesia terus meningkat. Tren peningkatan ditandai dari kenaikan harga sejumlah koin digital, termasuk shiba inu dan ethereum, serta kripto lainnya.

"Masyarakat tampak aktif mencari informasi tentang cryptocurrency, termasuk di media sosial. Semakin banyak yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," imbuhnya dalam keterangan resmi Datamaya Consulting, Selasa (7/12).

Menurut Hendra, banyak masyarakat meyakini bahwa kripto akan menggantikan uang sebagai salah satu alat transaksi pembayaran. Namun, ia mengingatkan, hingga kini belum ada negara yang menggunakan kripto sebagai pengganti uang kertas dan uang digital.

Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara terbuka melarang masyarakat menggunakan kripto sebagai alat pembayaran.

Di Indonesia, kripto hanya dapat diperdagangkan sebagai komoditas setelah Badan Pengawas Perdagangan Komoditi Indonesia (Bappebti) menerbitkan peraturan Nomor 5 Tahun 2019 soal Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka.

Kendati demikian, sambung Hendra, perkembangan kripto tak terelakkan. Terlepas dari pro dan kontra kripto, sejumlah bank sentral di dunia mulai melakukan studi tentang mata uang digital, termasuk mengkaji teknologi di belakangnya, yaitu blockchain atau distributed ledger technology (DLT).

Bahkan, beberapa bank sentral membuka peluang menciptakan cryptocurrency central bank (CBCC) atau mata uang digital. Secara umum, CBCC ini berbeda dengan uang yang beredar saat ini, yang memiliki karakteristik, yaitu penerbit, bentuk, aksesibilitas, dan mekanisme transfer.

CBCC adalah uang elektronik dari bank sentral yang dapat dipertukarkan secara terdesentrralisasi. Perkembangan CBCC sangat bergantung pada masing-masing bank sentral.

Bagi negara yang peredaran uangnya sangat menurun, penerbitan CBCC menjadi penting. Swedia, salah satunya, yang mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi tertinggi di dunia.

Sementara di Indonesia, baru sekitar 23 persen penduduk saja yang menggunakan transaksi nontunai.



(bir/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK