Freeport Klaim Produksi Bijih Tembaga dan Emas 'Merekah'

CNN Indonesia
Senin, 13 Des 2021 07:16 WIB
Freeport McMoran melansir produksi bijih tambang yang disumbang dari Freeport Indonesia mencapai 956 juta pon dan 968 ribu ons untuk emas.
Freeport McMoran melansir produksi bijih tambang yang disumbang dari Freeport Indonesia mencapai 956 juta pon dan 968 ribu ons untuk emas. (Dok. PT Freeport Indonesia).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Freeport Indonesia (PTFI) mengklaim produksi bijih tembaga dan emas di tambang Mimika, Papua, meningkat jauh dibandingkan tahun lalu. Direktur Freeport Indonesia Claus Wamafma optimistis peningkatan produksi tersebut membuat perusahaan mampu mencapai target yang dicanangkan.

"Dari sisi produksi, sampai akhir tahun, mudah-mudahan bisa mencapai target yang direncanakan. Dibandingkan tahun lalu, tentu tahun ini jauh lebih baik," imbuhnya, dilansir Antara, Minggu (12/12) malam.

Berdasarkan data yang dirilis Freeport McMoran, besaran nilai produksi tambang yang disumbang dari Freeport Indonesia mencapai 956 juta pon untuk bijih tembaga hingga kuartal ketiga tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah produksi bijih tembaga itu tercatat melesat 76,05 persen dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu yang berkisar 543 juta pon.

Adapun, penjualan bijih tembaga yang dilaporkan sebanyak 946 juta pon atau meningkat 82,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu 518 juta pon.

Rata-rata harga yang dipatok untuk penjualan bijih tembaga sebesar US$4,21 per pon yang naik dari harga rata-rata sebelumnya, yakni US$2,79 per pon.

Sementara untuk emas, jumlah produksinya mencapai 968 ribu ons sampai kuartal ketiga tahun ini. Angka itu tercatat tumbuh 67,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu 577 ribu ons.

Penjualan emas Freeport Indonesia disebut mencapai 957 ribu ons atau meroket 74,31 persen dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 549 ribu ons.

Harga rata-rata emas dibanderol US$1.780 per ons. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang berkisar US$1.810 per ons.

Menurut Claus, peningkatan produksi berasal dari pengembangan kapasitas produksi tambang bawah tanahnya selama beberapa tahun terakhir, terutama setelah tambang terbuka (open pit) selesai produksi sejak 2019 lalu.

"Pengembangan tambah bawah tanah berjalan sesuai rencana. Tidak ada hambatan, semua berjalan normal, meskipun kita menghadapi situasi serius akibat pandemi covid-19," katanya.

[Gambas:Video CNN]



(bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER