Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.331 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (13/12) sore. Posisi ini menguat 39 poin atau 0,27 persen dari Rp14.370 per dolar AS pada Jumat (10/12).
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.346 per dolar AS atau menguat dari Rp14.378 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Rupiah menguat bersama baht Thailand 0,27 persen, rupee India 0,1 persen, yuan China 0,08 persen, peso Filipina 0,05 persen, dan won Korea Selatan 0,03 persen di Asia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, dolar Singapura minus 0,13 persen, yen Jepang minus 0,15 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,17 persen.
Sementara mayoritas mata uang utama negara maju berada di zona merah. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,03 persen dari dolar AS.
Sisanya, dolar Australia melemah 0,37 persen, poundsterling Inggris minus 0,28 persen, euro Eropa minus 0,27 persen, franc Swiss minus 0,23 persen, dan dolar Kanada minus 0,13 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah berhasil menguat pada hari ini karena pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS, The Federal Reserve akan mempercepat perubahan kebijakan moneter mereka. Mulai dari pengurangan likuiditas (tapering) hingga menaikkan suku bunga acuan.
"Ini akan memperbaharui plot untuk suku bunga selama beberapa tahun ke depan," kata Ibrahim.
Proyeksi tersebut muncul karena inflasi AS mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 6,8 persen secara tahunan. Sementara data klaim tunjangan AS justru menurun, sehingga mengindikasikan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.