Jerman Dihantui Resesi Ekonomi di Tengah Musim Dingin

CNN Indonesia
Rabu, 15 Des 2021 23:05 WIB
The Ifo Institute for Economic Research memprediksi ekonomi Jerman mengalami resesi pada musim dingin ini.
The Ifo Institute for Economic Research memprediksi ekonomi Jerman mengalami resesi pada musim dingin ini. (Reuters/Christian Mang).
Jakarta, CNN Indonesia --

The Ifo Institute for Economic Research memproyeksi Jerman jatuh ke jurang resesi pada musim dingin. Hal ini karena gangguan rantai pasok dan gelombang baru covid-19 yang melumpuhkan ekonomi.

Dikutip dari CNN Business, Rabu (15/12), ekonomi Jerman pada kuartal IV 2021 diperkirakan turun 0,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Menurut The Ifo Institute for Economic Research, stagnansi ekonomi akan terjadi hingga kuartal I tahun depan.

"Terhambatnya rantai pasok dan gelombang keempat pandemi covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi Jerman menjadi terhambat. Bahkan pemulihan ekonomi pasca covid-19 yang sedianya diperkirakan terjadi pada awal tahun depan, sepertinya belum akan terwujud," kata Head of Forecast Ifo Timo Wollmershauser, Rabu (15/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemulihan ekonomi diprediksi baru terjadi pada musim panas tahun depan dengan syarat kasus penularan rendah dan rantai pasok kembali lancar. Namun demikian, pertumbuhan akan tetap melambat pada awal 2022.

Ifo sendiri bahkan telah memangkas pertumbuhan ekonomi Jerman pada tahun depan hanya 3,7 persen. Inflasi juga diperkirakan akan naik tahun ini sebesar 3,1 persen dan 3,3 persen pada 2022.

Harga konsumen juga diprediksi tidak akan kembali ke posisi normal sebelum 2023.

Pekan lalu, Jerman mencatatkan jumlah kematian harian kasus covid-19 tertinggi sejak Februari 2021. Sementara, pemerintah sudah melarang masyarakat yang tidak divaksin untuk mengakses fasilitas publik seperti supermarket dan apotek pada awal Desember 2022.

Agensi Energi Internasional (IEA) memperingatkan kenaikan kasus covid-19 akan semakin memperlambat pemulihan pasokan minyak dunia. IEA memproyeksi permintaan minyak dunia hanya sebesar 100 ribu barel per hari hingga tahun depan.

"Langkah penanganan yang diberlakukan untuk menekan penyebaran virus kemungkinan hanya memberikan dampak yang kecil terhadap ekonomi. Hal ini dikarenakan kampanye untuk vaksinasi semakin meluas," kata IEA.

[Gambas:Video CNN]

(fry/aud)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER