Raksasa properti asal China, Evergrande, menangguhkan perdagangan sahamnya di Bursa Efek Hong Kong pada 3 Januari 2022.
Perusahaan berjuang di tengah upaya pemerintah pusat untuk mengurangi utang yang berlebihan di sektor properti serta spekulasi konsumen yang merajalela.
Saat ini, Evergrande terbelit utang hingga US$300 miliar. Perusahaa berjuang untuk membayar pemegang obligasi dan investor setelah tindakan keras pemerintah tiba-tiba mematikan keran likuiditas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Atas permintaan perusahaan, perdagangan saham perusahaan dihentikan pada pukul 09:00 pada tanggal 3 Januari 2022 setelah menunggu rilis perusahaan," kata Evergrande dikutip dari AFP, Senin (3/1).
Evergrande dicap sebagai perusahaan bermasalah oleh perusahaan pemeringkat internasional setelah gagal membayar kewajiban tepat waktu.
Pekan lalu, Evergrande berusaha mempertahankan posisi di hadapan investor dengan mengirimkan puluhan ribu unit bulan ini, dan melunasi beberapa utang.
Kendati demikian, sahamnya turun pada akhir pekan setelah laporan bahwa grup tersebut gagal memenuhi dua pembayaran.
Perusahaan berulang kali mengatakan akan menyelesaikan proyek yang belum selesai dan mengirimkannya kepada pembeli dalam upaya putus asa untuk menyelamatkan keuangannya.
Perusahaan berusaha untuk menjual aset dan mengurangi sahamnya di perusahaan lain sebagai upaya melunasi sebagian utangnya dengan menggunakan kekayaan pribadi sang pendiri, Hui Ka Yan, yang cukup besar.
Hingga saat ini, pemerintah Provinsi Guangdong, China masih mengawasi proses restrukturisasi utang Evergrande.