Harga Minyak Dunia Menguat Berkat Prospek Cerah Permintaan

CNN Indonesia
Selasa, 04 Jan 2022 07:41 WIB
Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Senin (3/1), waktu Amerika Serikat (AS), berkat optimisme kenaikan permintaan. Ilustrasi. (iStock/bomboman).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia menguat pada akhir perdagangan Senin (3/1), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi di tengah harapan pemulihan permintaan pada tahun ini meski masih dibayangi oleh risiko covid-19.

Tercatat, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik 1,5 persen ke US$78,98 per barel setelah sempat menyentuh US$79,05 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari naik 1,2 persen menjadi US$76,08 per barel.

Harga minyak memperoleh beberapa dukungan dari pemadaman produksi di Libya. Produksi minyak akan dipotong 200 ribu per hari selama seminggu karena pemeliharaan pipa.

Tahun lalu, Brent melonjak 50 persen, berkat pemulihan global dari pandemi dan pengurangan pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+). Beberapa analis memperkirakan tahun ini prospek permintaan lebih cerah.

"Harga minyak mentah dan produk minyak akan mendapat keuntungan dari permintaan minyak yang bergerak di atas level 2019," kata sebuah laporan dari analis UBS, termasuk Giovanni Staunovo, seperti dikutip Antara, Selasa (4/1).

Analis UBS memperkirakan Brent meningkat ke kisaran US$80-US$90 pada tahun ini.

Kendati demikian, kenaikan harga minyak masih dibayangi oleh faktor penekan. Analis memperkirakan OPEC+ menyetujui kenaikan produksi dalam pertemuan yang digelar pada Selasa pekan ini.

"Pertemuan bulanan OPEC+ yang akan berkembang selama beberapa hari ke depan lebih cenderung membuktikanbullishdaripadabearishkarena beberapa anggota OPEC mengalami kesulitan mencapai kuota yang ditetapkan," kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch di Galena, Illinois.

Selain itu, risiko virus corona Omicron juga masih menghantui dengan mencetak rekor jumlah kasus baru yang berimbas pada batalnya 4.000 penerbangan di seluruh dunia pada Minggu (2/1).

"Tingkat infeksi meningkat secara global, pembatasan diberlakukan di beberapa negara, sektor perjalanan udara, antara lain, menderita, namun optimisme investor nyata," ujar pialang minyak PVM Tamas Varga.



(antara/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK