Harga bitcoin jatuh ke bawah US$43 ribu per keping pada perdagangan Kamis (6/1) usai pemerintah Kazakhstan memutus internet.
Mengutip cnbc.com, Jumat (7/1), matinya internet Kazakhstan berdampak pada penambang (miner) bitcoin. Pasalnya, pusat penambangan bitcoin terbesar kedua di dunia berada di negara tersebut.
Sebagai pengingat, China mengusir semua penambang mata uang kripto beberapa waktu lalu. Beberapa dari mereka lari ke negara tetangga Kazakhstan dan membuka toko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Namun, kerusuhan di Kazakhstan karena lonjakan harga bahan bakar membuat penambang terjebak. Ketika akses internet diputus demi meredam kerusuhan, 15 persen penambang bitcoin dunia ikut tumbang.
"Tidak ada internet, tidak ada penambangan," ungkap salah satu penambang di Kazakhstan bernama Kazakh Didar.
Hal ini membuat bitcoin jatuh di bawah US$43 ribu per keping untuk pertama kalinya sejak September 2021.
Layanan internet sebenarnya sempat pulih di Kazakhstan. Kelompok pemantau NetBlocks Internet Observatory menunjukkan bahwa tingkat konektivitas terus datar hanya 5 persen dari tingkat biasa di seluruh negeri.
Lihat Juga : |
"Jumat pagi di Kazakhstan, di mana internet telah dimatikan sekitar 36 jam, membahayakan keselamatan publik dan membuat teman serta keluarga terputus," tulis NetBlocks dalam sebuah cuitan.
Hal ini menimbulkan dua fakta penting tentang industri pertambangan bitcoin. Pertama, jaringan bitcoin tangguh sampai tak berhenti berdetak ketika sebagian besar penambang tiba-tiba tumbang.
Kedua, AS akan segera melihat gelombang baru penambang kripto yang ingin menghindari gangguan pada masa depan.
Namun, sejumlah pihak bertanya-tanya apakah AS mampu melampaui China sebagai pusat penambangan bitcoin terbesar di dunia pada 2021.
Sebagai informasi, Kazakhstan menetapkan status darurat nasional setelah kerusuhan protes kenaikan bahan bakar gas LPG memicu pengunduran diri massal kabinet pimpinan Perdana Menteri Askar Mamim pada Rabu (5/1).
Negara di Asia Tengah itu diguncang demonstrasi sejak awal Januari hingga banyak demonstran mulai menyerbu gedung-gedung pemerintah.