Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan komoditas makanan masih menjadi penyebab terbesar angka kemiskinan di Tanah Air, tak terkecuali beras. BPS menyatakan beras memberikan sumbangsih terhadap kemiskinan di kota sebesar 19,69 persen dan perdesaan sebesar 23,79 persen.
"Pada September 2021, garis kemiskinan naik 2,89 persen menjadi Rp486.168 per kapita. Kalau dilihat dari persenannya terbesar dari makanan yaitu 74,05 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (17/1).
Margo mengatakan pemerintah seharusnya dapat mengatur harga komoditas makanan agar angka kemiskinan tidak naik signifikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih dalam komoditas makanan, produk makanan lainnya dinilai juga memberikan dampak terhadap kemiskinan di Tanah Air. Komoditas tersebut antara lain rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mi instan, kopi bubuk dan kopi instan, gula pasir, serta kue basah.
Tak hanya makanan, komoditas bukan makanan yang memberi sumbangan terbesar kepada garis kemiskinan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, sabun cuci, dan perawatan kulit, muka, kuku, rambut.
Sebagai informasi, BPS mengungkapkan angka kemiskinan di Indonesia turun pada September 2021 menjadi 9,71 persen atau lebih rendah 0,48 persen dibandingkan September 2020 yakni sebesar 10,19 persen.
Namun demikian, angka kemiskinan masih terbilang tinggi dibandingkan masa sebelum pandemi.
"Kalau misalkan dibandingkan dengan sebelum pandemi, khususnya pada September 2019. Walau secara trennya semakin bagus karena penduduk miskinnya turun, namun dengan sebelum pandemi angkanya masih lebih tinggi (yakni 24,78 juta orang atau 9,22 persen)," ucapnya.
Secara wilayah, tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan masih tinggi yakni 12,53 persen. Sementara, kemiskinan di wilayah perkotaan jauh lebih rendah yakni sebesar 7,60 persen.
"Keduanya memiliki jarang yang cukup lebar. Artinya disparitas kemiskinan antara perkotaan dan perdesaan masih cukup tinggi," pungkasnya.