Perekonomian Indonesia mencatatkan surplus kinerja ekspor dan impor sebesar US$1,02 miliar pada Desember lalu, menutup tahun 2021 dengan capaian positif yang berhasil dipertahankan selama 20 bulan berturut-turut,
Sepanjang 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$35,34 miliar. Nilai surplus tersebut merupakan rekor tertinggi sejak 15 tahun terakhir atau sejak 2006, di mana pada tahun tersebut nilai surplus mencapai US$39,37 miliar.
"Di tengah berbagai ketidakpastian global, Indonesia tetap mampu mencatatkan performa impresif pada neraca perdagangan. Kinerja ini akan meningkatkan resiliensi sektor eksternal Indonesia, sehingga semakin kuat menghadapi berbagai tantangan yang diperkirakan masih berlanjut di tahun ini," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin (17/01).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kinerja itu disebut ditopang nilai ekspor yang mencapai US$231m54 miliar atau tumbuh sebesar 41,88 persen (year-on-year). Hilirisasi komoditas unggulan, seperti turunan produk CPO terbukti mendorong performa ekspor Indonesia, tercermin dari ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang sepanjang 2021 mencapai US$32,83 miliar atau meningkat sebesar 58,48 persen (yoy).
Selain CPO, hilirisasi komoditas nikel juga memperkuat performa ekspor Indonesia, dengan pertumbuhan ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya (HS 75) mampu tumbuh sebesar 58,89 persen (yoy) menjadi sebesar US$1,28 miliar. Kemudian, dari 10 besar komoditas utama ekspor, komoditas bijih logam, terak dan abu (HS 26) mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 96,32 persen (yoy) menjadi sebesar US$6,35 miliar. Pertumbuhan itu masih diikuti oleh ekspor komoditas besi dan baja (HS 72) yang juga naik signifikan mencapai 92,88 persen (yoy) menjadi senilai US$20,95 miliar.
"Pencapaian ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Tercermin pula dari meningkatnya penciptaan nilai tambah pada sektor manufaktur. Terbukti secara kumulatif, ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari-Desember 2021 naik 35,11% (yoy) menjadi sebesar US$177,11 miliar," kata Airlangga.
Selain itu, level Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga berada pada zona ekspansif yakni 53,5 pada Desember 2021, melanjutkan level ekspansi yang sudah terjadi selama empat bulan sebelumnya. Level PMI Indonesia saat itu bahkan lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, seperti Malaysia (52,8), Vietnam (52,5), Filipina (51,8), Thailand (49,5), dan Myanmar (49,0).
Perbaikan kondisi itu turut ditambah oleh pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat seiring penurunan kasus Covid-19, yang mendorong kenaikan aggregate demand. Hal ini membuat sektor manufaktur terstimulasi meningkatkan output produksi.
Meski demikian, Airlangga menegaskan bahwa pemerintah tetap mewaspadai fenomena peningkatan kasus varian Omicron yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada akhir Januari atau awal Februari 2022 ini.
"Dengan semakin efektifnya pengendalian Covid-19 dan antisipasi yang baik terhadap penyebaran varian Omicron serta diiringi dengan terjaganya tingkat kedisiplinan protokol kesehatan, maka penurunan kasus Covid-19 diharapkan dapat terus terjadi, sehingga mampu mengakselerasi pemulihan ekonomi. Surplus perdagangan yang terus terjaga sepanjang tahun 2021 juga disebabkan dari kinerja ekspor komoditas andalan Indonesia yang tetap solid," jelas Airlangga.
Sejalan dengan peningkatan ekspor, sisi impor Indonesia pada 2021 ikut meningkat sebesar US$196,20 miliar atau tumbuh 38,59 persen (yoy). Struktur impor Indonesia di 2021 itu didominasi impor golongan bahan baku dan penolong senilai US$147,38 miliar (75,12 persen dari total impor), diikuti barang modal US$28,63 miliar (14,59 persen dari total impor), dan barang konsumsi US$20,18 miliar (10,29 persen dari total impor).
Airlangga memaparkan, struktur tersebut mengindikasikan perekonomian Indonesia yang produktif melalui penciptaan nilai tambah yang lebih besar, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk diekspor kembali.
"Kinerja positif di 2021 ini akan terus dipertahankan Pemerintah dengan mengoptimalkan berbagai kebijakan, terutama dalam mendorong semakin banyaknya ekspor komoditas bernilai tambah," ujarnya.
(rea/rea)